Jumat, 22 Mei 2015



BELAJAR BAHASA INDONESIA ITU MEMBOSANKAN!!

Ulfah Desiana ( 2222112354 )
Program studi FKIP Untirta

Abstrak
Bahasa Indonesia adalah mata pelajaran yang terdapat diseluruh jenjang pendidikan. Namun pertanyaannya adalah siswa seringkali bosan belajar bahasa Indonesia dengan dalil belajar bahasa Indonesia membuat ngantuk dan membosankan karena belajar bahasa Indonesia yang dipelajari materinya itu-itu saja dan beranggapan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang dipakai untuk komunikasi sehari-hari sehingga banyak orang yang menganggap sepele dengan pelajaran bahasa Indonesia. Padahal faktanya adalah banyak sekali orang bahkan guru sekalipun masih sangat kurang pengetahuannya tentang bahasa apalagi pemahaman tentang kosakata masih jauh dari standar. Akhir-akhir ini banyak sekali siswa yang tidak lulus ujian nasional bahasa Indonesia karena terlalu menganggap mudah pelajaran bahasa Indonesia. Oleh karena itu harus harus ada solusi dalam menyikapi masalah ini, salah satunya adalah guru harus mulai kreatif dalam menciptakan suasana menyenangkan supaya siswa tidak merasa bosan ketika belajar bahasa Indonesia. Antara lain dengan cara memadukan unsur permainan dalam pembelajaran. Namun permainan tersebut harus mengarah pada pembelajaran dan konsep materi yang akan diajarkan.
Kata Kunci : Pembelajaran, Bahasa Indonesia, Permainan, Membosankan.
Pengantar
            Kurikulum di Indonesia sudah berganti dari awal perkembangan tahun 1947 hingga kini kurikulum 2013. Seiring perkembangan kurikulum tersebut, selalu dihadirkan sesuatu yang baru dari materi pembelajaran, metode pembelajaran, pendekatan pembelajaran hingga cara belajarpun berubah, dari siswa diberitahu hingga kini mencari tahu. Namun, apakah dengan bergantinya kurikulum tersebut cara belajar di kelas juga berubah atau tetap masih seperti kurikulum-kurikulum sebelumnya. Sungguh miris, jika kita masih mendapati siswa yang masih tertidur saat jam belajar di kelas. Dizaman yang serba modern dan serba canggih sangat memalukan jika masih ada siswa keluar dari kelas dengan wajah lesu dan tidak bersemangat dalam mengikuti pelajaran di kelas.
            Setiap jam pelajaran dimulai siswa tidak antusias menyambut pelajaran namun siswa antusias untuk mencari posisi duduk di pojok samping ataupun di belakang bukan mencari posisi duduk di depan dengan dalil mencari posisi wenak untuk tidur. Jika siswa ditanya mengapa mereka demikian, mereka menjawab karena pembelajaran membosankan, guru tidak asyik. Jika ditanya pelajaran apa yang membosankan, banyak yang menjawab salah satunya adalah pelajaran bahasa Indonesia. Sesuatu yang memalukan jika di era global dan serba canggih siswa masih menjawab “belajar bahasa Indonesia membosankan”.
Pelajaran Bahasa Indonesia
Belajar bahasa adalah belajar untuk terampil berbahasa. Brown (2001: 7) memberikan definisi pembelajaran dalam beberapa hal, antara lain bahwa belajar bahasa adalah ‘retention of skill’, suatu pembelajaran keterampilan berbahasa. Sekolah adalah sebuah tempat bagi siswa untuk bereksplorasi akan kehausannya mempelajari hal-hal sekitar, seperti diungkap Coles (2000: 119).
Usia bahasa Indonesia sudah tidak lagi muda. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia sudah mencapai usia 82 tahun, sedangkan sebagai bahasa resmi negara usianya mencapai 65 tahun. Dengan posisi atau kedudukan sebagai bahasa nasional dan bahasa negara tersebut bahasa Indonesia menjadi bagian dari bangsa yang erat dan sangat fungsional.
Salah satu mata pelajaran wajib di semua jenjang sekolah adalah bahasa Indonesia. Sayangnya, pelajaran bahasa Indonesia menjadi pelajaran yang kurang disegani. Banyak siswa yang menyepelekan pelajaran bahasa Indonesia. Kondisi tersebut berdampak pada kurang optimalnya kemampuan dan keterampilan bahasa Indonesia para siswa. Akibat lebih jauh yang muncul adalah bahasa Indonesia menjadi kurang dihargai dan dicintai. Hal ini akan lebih tidak terkendali jika arus globalisasi kian mendesak dan budaya lain juga kian lekat pada para siswa.
Banyak pihak perlu berupaya mengatasi hal ini. Kepedulian terhadap bahasa Indonesia perlu dimunculkan. Rasa kecintaan pada bahasa Indonesia harus dipupuk dan dikembangkan. Oleh karena itu, perlu suatu usaha revitalisasi bahasa Indonesia dalam semua aspek. Hal ini akan memacu rasa kecintaan pada bahasa Indonesia. Salah satu yang dapat dilakukan dan akan berpengaruh sangat efektif adalah mengubah model mengajar guru. Solusi yang ditawarkan dari kegiatan ini adalah dengan memasukkan permainan bahasa dalam pembelajaran bahasa Indonesia untuk menghindarkan kejenuhan belajar siswa.
Permainan dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
Permainan merupakan suatu aktivitas untuk memperoleh suatu keterampilan tertentu dengan cara menggembirakan. Apabila ketermpilan yang diperoleh dalam permainan itu berupa keterampilan bahasa tertentu, permainan tersebut dinamakan permainan bahasa (Soeparno,1998:60). Belajar dengan bermain adalah kegiatan terpadu antara belajar dan bermain yang diintegrasikaan dalam sebuah materi pelajaran. Tindakan ini merupakan uapaya menciptakan kegiatan pembelajarn yang menyenangkan, dengan tujuan akhir mencapai pembelajaran yang sehat dan pemerolehan mutu yang optimal. Ada beberapa faktor penentu keberhasilan permainan bahasa. Menurut Soepamo (1998:62) ada empat faktor yang menentukan keberhasilan permainan bahasa di kelas, yaitu:
1.      Situasi dan kondisi, 
2.      Peraturan permainan,  
3.      .Pemain
4.      Pemimpin permainan. 
Pembelajaran bahasa Indonesia dengan metode permaianan akan menjadi efektif, bermakna, dan tetap menyenangkan apabila dalam pelaksanaan berdasarkan pada prinsip-prinsip yang dikembangkan oleh beberapa pakar (Hadfield, 1999:8-10) sebagai berikut : 
1.      Permaianan yang dikembangkan hendaknya permainan yang terkait langsung dengan konteks keseharian peserta didik.
2.      Permainan diterapkan untuk merangsang daya pikir, mengakses informasi dan menciptakan makna-makna baru, 
3.      Permainan yang dikembangkan haruslah menyenangkan dan mengasyikan bagi peserta didik,
4.      Permainan dilaksanakan dengan landasan kebebasan menjalin kerja sama dengan peserta didik lain, 
5.      Permainan hendaknya menantang dan mengandung unsur kompetisi yang memungkinkan peserta didik semakin termotivasi menjalani proses tersebut,
6.      Penekanan permainan linguistik pada akuransi isinya, sedangkan permainan komunikatif lebih menekankan pada kelancaran dan suksesnya komunikasi, 
7.      Permainan dapat dipergunakan untuk semua tingkatan dan berbagai keterampilan berbahasa sekaligus. 
Simpulan
Cinta Bahasa Indonesia adalah sebagai wujud cinta Negara Indonesia, dizaman yang modern seperti sekarang ini jangan sampai siswa berkata belajar bahasa Indonesia itu membosankan. Salah satu solusi supaya siswa tidak bosan adalah memadukan pembelajaran dengan permainan yang mendidik. Jadi siswa tidak merasa jenuh ketika belajar bahasa Indonesia.



Daftar Bacaan :
Ari Kusmiatun, M.Hum., dkk.  (Lembaga Pengabdian Pada Masyarakat Universitas Negeri Yogyakarta). Dalam surat kabar harian kompas. Edisi 15 januari 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar