BELAJAR BAHASA
INDONESIA ITU MEMBOSANKAN!!
Ulfah Desiana (
2222112354 )
Program studi
FKIP Untirta
Abstrak
Bahasa
Indonesia adalah mata pelajaran yang terdapat diseluruh jenjang pendidikan.
Namun pertanyaannya adalah siswa seringkali bosan belajar bahasa Indonesia
dengan dalil belajar bahasa Indonesia membuat ngantuk dan membosankan karena
belajar bahasa Indonesia yang dipelajari materinya itu-itu saja dan beranggapan
bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang dipakai untuk komunikasi sehari-hari
sehingga banyak orang yang menganggap sepele dengan pelajaran bahasa Indonesia.
Padahal faktanya adalah banyak sekali orang bahkan guru sekalipun masih sangat
kurang pengetahuannya tentang bahasa apalagi pemahaman tentang kosakata masih
jauh dari standar. Akhir-akhir ini banyak sekali siswa yang tidak lulus ujian
nasional bahasa Indonesia karena terlalu menganggap mudah pelajaran bahasa
Indonesia. Oleh karena itu harus harus ada solusi dalam menyikapi masalah ini,
salah satunya adalah guru harus mulai kreatif dalam menciptakan suasana
menyenangkan supaya siswa tidak merasa bosan ketika belajar bahasa Indonesia.
Antara lain dengan cara memadukan unsur permainan dalam pembelajaran. Namun
permainan tersebut harus mengarah pada pembelajaran dan konsep materi yang akan
diajarkan.
Kata Kunci :
Pembelajaran, Bahasa Indonesia, Permainan, Membosankan.
Pengantar
Kurikulum di Indonesia sudah
berganti dari awal perkembangan tahun 1947 hingga kini kurikulum 2013. Seiring
perkembangan kurikulum tersebut, selalu dihadirkan sesuatu yang baru dari materi
pembelajaran, metode pembelajaran, pendekatan pembelajaran hingga cara
belajarpun berubah, dari siswa diberitahu hingga kini mencari tahu. Namun,
apakah dengan bergantinya kurikulum tersebut cara belajar di kelas juga berubah
atau tetap masih seperti kurikulum-kurikulum sebelumnya. Sungguh miris, jika
kita masih mendapati siswa yang masih tertidur saat jam belajar di kelas. Dizaman
yang serba modern dan serba canggih sangat memalukan jika masih ada siswa
keluar dari kelas dengan wajah lesu dan tidak bersemangat dalam mengikuti
pelajaran di kelas.
Setiap jam pelajaran dimulai siswa
tidak antusias menyambut pelajaran namun siswa antusias untuk mencari posisi
duduk di pojok samping ataupun di belakang bukan mencari posisi duduk di depan
dengan dalil mencari posisi wenak untuk tidur. Jika siswa ditanya mengapa
mereka demikian, mereka menjawab karena pembelajaran membosankan, guru tidak
asyik. Jika ditanya pelajaran apa yang membosankan, banyak yang menjawab salah
satunya adalah pelajaran bahasa Indonesia. Sesuatu yang memalukan jika di era
global dan serba canggih siswa masih menjawab “belajar bahasa Indonesia
membosankan”.
Pelajaran
Bahasa Indonesia
Belajar bahasa adalah belajar untuk terampil
berbahasa. Brown (2001: 7) memberikan definisi pembelajaran dalam beberapa hal,
antara lain bahwa belajar bahasa adalah ‘retention of skill’, suatu
pembelajaran keterampilan berbahasa. Sekolah adalah sebuah tempat bagi siswa
untuk bereksplorasi akan kehausannya mempelajari hal-hal sekitar, seperti
diungkap Coles (2000: 119).
Usia bahasa Indonesia sudah tidak lagi muda.
Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia sudah mencapai usia 82 tahun,
sedangkan sebagai bahasa resmi negara usianya mencapai 65 tahun. Dengan posisi
atau kedudukan sebagai bahasa nasional dan bahasa negara tersebut bahasa
Indonesia menjadi bagian dari bangsa yang erat dan sangat fungsional.
Salah satu mata pelajaran wajib di semua
jenjang sekolah adalah bahasa Indonesia. Sayangnya, pelajaran bahasa Indonesia
menjadi pelajaran yang kurang disegani. Banyak siswa yang menyepelekan
pelajaran bahasa Indonesia. Kondisi tersebut berdampak pada kurang optimalnya
kemampuan dan keterampilan bahasa Indonesia para siswa. Akibat lebih jauh yang
muncul adalah bahasa Indonesia menjadi kurang dihargai dan dicintai. Hal ini
akan lebih tidak terkendali jika arus globalisasi kian mendesak dan budaya lain
juga kian lekat pada para siswa.
Banyak pihak perlu berupaya mengatasi hal ini.
Kepedulian terhadap bahasa Indonesia perlu dimunculkan. Rasa kecintaan pada
bahasa Indonesia harus dipupuk dan dikembangkan. Oleh karena itu, perlu suatu
usaha revitalisasi bahasa Indonesia dalam semua aspek. Hal ini akan memacu rasa
kecintaan pada bahasa Indonesia. Salah satu yang dapat dilakukan dan akan
berpengaruh sangat efektif adalah mengubah model mengajar guru. Solusi yang
ditawarkan dari kegiatan ini adalah dengan memasukkan permainan bahasa dalam
pembelajaran bahasa Indonesia untuk menghindarkan kejenuhan belajar siswa.
Permainan dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia
Permainan merupakan
suatu aktivitas untuk memperoleh suatu keterampilan tertentu dengan cara
menggembirakan. Apabila ketermpilan yang diperoleh dalam permainan itu berupa
keterampilan bahasa tertentu, permainan tersebut dinamakan permainan bahasa
(Soeparno,1998:60). Belajar dengan bermain adalah kegiatan terpadu antara belajar dan bermain
yang diintegrasikaan dalam sebuah materi pelajaran. Tindakan ini merupakan
uapaya menciptakan kegiatan pembelajarn yang menyenangkan, dengan tujuan akhir
mencapai pembelajaran yang sehat dan pemerolehan mutu yang optimal. Ada beberapa faktor penentu keberhasilan permainan bahasa. Menurut
Soepamo (1998:62) ada empat faktor yang menentukan keberhasilan permainan
bahasa di kelas, yaitu:
1.
Situasi dan kondisi,
2.
Peraturan permainan,
3.
.Pemain
4.
Pemimpin permainan.
Pembelajaran bahasa
Indonesia dengan metode permaianan akan menjadi efektif, bermakna, dan tetap
menyenangkan apabila dalam pelaksanaan berdasarkan pada prinsip-prinsip yang
dikembangkan oleh beberapa pakar (Hadfield, 1999:8-10) sebagai berikut :
1.
Permaianan yang
dikembangkan hendaknya permainan yang terkait langsung dengan konteks
keseharian peserta didik.
2. Permainan diterapkan untuk merangsang daya
pikir, mengakses informasi dan menciptakan makna-makna baru,
3. Permainan yang dikembangkan haruslah
menyenangkan dan mengasyikan bagi peserta didik,
4. Permainan dilaksanakan dengan landasan
kebebasan menjalin kerja sama dengan peserta didik lain,
5. Permainan hendaknya menantang dan mengandung unsur kompetisi yang
memungkinkan peserta didik semakin termotivasi menjalani proses tersebut,
6. Penekanan permainan linguistik pada akuransi
isinya, sedangkan permainan komunikatif lebih menekankan pada kelancaran dan
suksesnya komunikasi,
7.
Permainan dapat
dipergunakan untuk semua tingkatan dan berbagai keterampilan berbahasa
sekaligus.
Simpulan
Cinta Bahasa Indonesia
adalah sebagai wujud cinta Negara Indonesia, dizaman yang modern seperti
sekarang ini jangan sampai siswa berkata belajar bahasa Indonesia itu
membosankan. Salah satu solusi supaya siswa tidak bosan adalah memadukan
pembelajaran dengan permainan yang mendidik. Jadi siswa tidak merasa jenuh
ketika belajar bahasa Indonesia.
Daftar Bacaan :
Ari Kusmiatun, M.Hum., dkk.
(Lembaga Pengabdian Pada Masyarakat Universitas Negeri Yogyakarta). Dalam surat
kabar harian kompas. Edisi 15 januari 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar