Jumat, 22 Mei 2015



NAMA                        :   ARI SULISTIARI
NIM                            :   2222112335
KELAS                       :   III  D  (DIKSATRASIA)/ UNTIRTA
MATA KULIAH       :   APRESIASI PROSA FIKSI (Ronggeng Dukuh Paruk)


LUAR BIASA GETIR
Mungkin gak ada kata lain yang mampu menggambarkan perasaan saya ketika selesai membaca buku ini. Ahmad Tohari sangat luar biasa, saya acungkan dua jempol tangan dan dua jempol kaki dech. Ronggeng Dukuh Paruk, sebuah novel yang bercerita tentang kehidupan jelata didukuh paruk, sebuah desa kecil yang nyaris terlupakan. Kehidupan miskin, kerontang, kebodohan yang menjadi tradisi, dan kenaifan yang dipelihara sehingga menjadi bumerang, tentang kecabulan yang mentradisi, tentang eksploitasi perempuan, tentang persinggungan pemikiran sederhana dengan ideologi komunis dari sebuah parpol, tentang manusia yang licik dan picik, tentang pergulatan hati dan tuntutan perut.
Dukuh paruh adalah sebuah desa kecil yang tak bergelora jika tak ada seorang ronggeng menari dengan diiringi suara calung dan alat musik pendukung lainnya.
Si gadis kecil Serintil, ia masih berumur sebelas tahun ketika pertama kali diperkenalkan. Tak seorung pun pernah mengajari berdendang atau menari ronggeng, tetapi ia bisa melakukannya nyaris sempurna. dikarenakan hal inilah Sakarya kakek srintil meyakini bahwa Srintil dimasuki roh Indang. Dalam hal ini Srintil mencintai Rasus teman sepermainannya sewaktu kecil. problem yang akan muncul jika seorang ronggeng menikah adalah melemahkan denyut nadi dukuh paruk, karena ronggeng yang menjadikan dukuh paruk dapat dikenal oleh masyarakat luar dan menjadi salah satu kebanggaan bagi masyarakat dukuh paruk. itulah alasan kenapa rasus harus mundur dan berhenti memikirkan srintil dan lebih memilih untuk pergi dari dukuh paruk. Sunguh ironis menurut sya karena Srintil lebih dianggap objek oleh kebanyakan orang, dan ironisnya kebanyakan wanita Dukuh Paruk bangga akan keadaan ini. Uh... pusing..
Tapi Srintil tidak kuat. Setelah tak sengaja terlibat peristiwa 1965, ia ditahan dalam penjara karena dianggap sebagai bagian dari kaum komunis, direndahkan oleh masyarakat luas karena telah berstatus sebagai tahanan, hingga diperdaya habis-habisan oleh pria hidung belang. Srintil menjadi gila. gila dalam arti sesungguhnya. Kemudian rasus datgang tgerlambat dan menyesal sedalam-dalamnya dan bertekat untuk total mengurus srintil, dan dukuh paruk tanah kelahirannya. Semangat ini memudar mengingat begitu banyak orang miskin dan lugu menjadi bulan-bulanan orang kaya dan pengusaha. Dan hal itu masih terjadi sampai sekarang.
Sungguh luar biasa novel karya Ahmad Tohari ini, Karakter tokoh seperti Srintil, Rasus, Sakum, Kartaredja, Sakarya, juga sanggup meninggalkan pesan yang amat mendalam. Kemudian saya pun menemukan istilah-istilah unik dalam novel ini dari tempe bongkrek, sampai kata-kata seperti asu buntung, jangkrik, demi anu, bajul buntung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar