NAMA : ARI SULISTIARI
NIM : 2222112335
KELAS : III D
(DIKSATRASIA)/ UNTIRTA
MATA
KULIAH : APRESIASI PROSA FIKSI
KRITIK YANG MENGGELIKAN
Pertama
kali saya membaca cerpen Tingbating karya Bapak Firman Venayaksa ini, saya
merasakan kejenuhan dalam membacanya. Sempat terfikir dalam benak saya bahwa
cerpen-cerpen karya bapak Venayaksa ini amatlah jelek dari semua cerpen yang
pernah saya baca. He..he..he.. mohon di maafkan ya bapak...
Tetapi
setelah saya selesai membaca semua cerpen ini, saya merasakan ada suatu
keganjilan dalam benak saya. Kemudian
saya membaca ulang semua cerpen-cerpen ini, sampai tiga kali saya tamat
membacanya baru saya menyadari bahwa cerpen ini sangatlah bagus dan mungkin
berani ya menurut saya. Disini saya akan memberi tanggapan tentang tiga judul
cerpen yang terdapat dari buku kumpulan cerpen Tingbating ini, yaitu
Tingbating, Fragmen Alam Gaib dan Tolooooong!*). Cerpen pertama yaitu
Tingbating, awal mula saya membaca cerpen ini jujur saya tidak paham dengan isi
serta maksud yang ada dalam cerpen ini, setelah saya pahami ternyata cerpen ini
merupakan sebuah sindiran atau yang lebih tepatnya lagi tentang sebuah
kritikan. Sebuah kritikan tentang carut marutnya negeri kita ini, terdapat dalam
cerita bahwa tokoh tingbating ini sangat melawan orang yang menciptakannya, nah penulis disini
dianggap sebagai tuhan, dan tokoh tingabating ini dengan sangat ngawur sekali
melawan orang yang menciptakannya itu. Nah mungkin ini sedikit dari kritikan
dari pak Firman tentang semrawutnya negeri ini yang sangat sulit untuk diatur
dan mungkin sudah melampaui batas tentang semua yang sudah diketahuinya.
Kemudian
ada cerpen yang berjudul Fragmen Alam Gaib, disini diceritakan ada sebuah acara
televisi yang menyajikan tontonan yang menarik, mungkin. Dalam cerpen
disebutkan acara tersebut bernama Dunia Gaib, dimana acara itu menantang orang
atau warga sekitar untuk melakukan uji nyali. Mungkin dalam kenyataan ada ya
acara seperti itu, namun judulnya berbeda yaitu Dunia Lain yang disiarkan di
salah satu stasiun televisi swasta (Trans7). Pada awal mula saya membaca cerpen
ini saya tertipu dengan lima sosok jin dan seorang kuncen. Dalam cerpen
disebutkan lima nama jin dan seorang kuncen, jin pertama bernama Suk, dalam
cerpen diceritakan jin Suk ini sangat menyukai wanita yang cantik,
bertempramental, tapi mempunyai yang tidak bisa dispelekan, serta dihormati
oleh para kaum jin, serta apabila dia berkata maka semua orang akan terpana,
kemudian dengan orasinya semua bangsa jin bisa berdecak kagum. Sosok jin ini menurut
saya sangat percis dengan presiden kita yang pertama yaitu Sukarno.
Kemudian
jin yang kedua yaitu Suh. Dalam cerpen sosok jin Suh ini sangat haus kekuasaan
dan akan melepaskan tahtanya setelah didemo oleh bangsa jin lain. Sosok jin ini
sangat sangat dan sangat mirip dengan sosok presiden kita yang kedua yaitu
Suharto.
Jin
yang ketiga namanya Hab. Jin ini merupakan jin cerdas yang pernah bersekolah
diluar negeri jin dan bisa membuat apa saja yang diinginkan. Hahaha lagi lagi
ini mirip presiden kita yang ketiga yaitu Habibi.
Keempat
yaitu jin yang tidak memiliki mata. Jin memiliki kharismatik yang tinggi dan
sering berbicara nyeleneh. “ gitu aja kok repot”, Gusdur ( Abdurahmanwahid).
Terakhir
ada jin yang satu-satunya wanita, dia tak banyak bicara. Dia bicara jika sudah
mata terdesak, baginya bicara hanya membuang-buang waktu saja. Sosok ini
merupakan presiden kita yang hanya satu-satunya wanita yaitu Megawati Sukarno
Putri.
Kemudian
ada seorang kuncen tempat itu itu bernama Sus, kuncen itu berawakan gemuk dan
berambut beatle. Mungkin tak usah dijelaskan lagipun kita sudah mengerti sosok
siapa yang penulis maksudkan.
Dari
kelima sosok jin dan seorang kuncen itu saya bisa ambil kesimpulan sedikit
bahwa penulis menuliskan suatu pemberontakan tentang ketidakpuasan terhadap
kinerja para bapak dan ibu presiden kita ini. Namun cara penulisan sebuah
kritik yang amat “nyentil” ini sangatlah rapih karena dibalut dengan cara
penyampaiannya yang menggelitik. Mungkin ini merupakan kritik sosial yang
dicurahkan oleh penulis, serta merupakan singgungan tentang moral masyarakat
yang sudah menghadap pada paham aliran materialisme. Dimana orang lebih mencari
keuntungan dari apa yang ingin mereka perbuat, tidak dengan rasa yang ikhlas
dari hati. Huh sungguh kacau negeri kita. Tingbating,,,,,
Ngomong-ngomong
tentang kritik sosial dan paham materialisme, ada sebuah judul lagi dalam
cerpen ini yang berjudul tolooooong. Mungkin penulis terinspirasi dari tayangan
televisi yang waktu itu kalau tidak salah disiarkan di RCTI yaitu acara Tolong.
Namun dalam cerpen diceritakan tentang seorang laki-laki pemilik warteg yang
memberi bantuan kepada Ibu dan anak yang berprofesi sebagai pengamen. Namun
sang pemilik warteg membantu dengan pamrih. Dengan berharap ada yang akan
memberi uang kepadanya. Mungkin bagi saya disekitar lingkungan kita pun banyak
manusia-manusia seperti itu, mungkin kadang diri kita sendiripun seperti itu,
membentu dengan mengharapkan imbalan. Sebuah kritikan yang amat sangat berani.
Bagi
saya semua kritik-kritik itu sangatlah tepat dan bermakna sekali. Itu curahan
hati bapak ya?? Namun satu kritik yang bapak tujukan kepada presiden suharto
saya kurang setuju bapak, memang bapak suharto ini mempunyai banyak hutang
kepada luar negeri, itu kan semata untuk kesejahteraan rakyat juga, bukan untuk
pribadi sendiri. Jadi mungkin saya sedikit kurang setuju ya bapak. Tapi semua
cerpen yang terdapat dalam buku ini sangatlah bagus. Sebagian besar buku
kumpulan cerpen ini berisikan tentang Kritik-kritik sosial dan politik, serta
kritik bagi diri sendiri juga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar