Jumat, 22 Mei 2015



NAMA                        :   ARI SULISTIARI
NIM                            :   2222112335
KELAS                       :   III  D/ UNTIRTA
MATA KULIAH       :   APRESIASI PROSA FIKSI (Laskar Pelangi)


DUA LASKAR MENJADI SATU

Laskar Pelangi. Nama itu mungkin sudah tidak asing lagi ya ditelinga, karena Laskar pelangi merupakan sebuah novel karya Andrea Hirata. Jujur saya belum pernah membaca sekalipun novel ini sebelum ditugaskan, tetapi apabila Laskar  Pelangi versi Film saya sudah sering menonton. Novel ini merupakan novel yang bagus sekali, karena saya bisa terhanyut dalam semua alur ceritanya: atau mungkin saya sudah mengetahui lewat filmnya. Pernah terbesit dalam pikiran saya, mungkin antara film dan novel ini sama saja, tetapi setelah saya membaca dan membandingkan antara novel dan film Laskar Pelangi ini ternyata tidak terlallu menonjol ya. Laskar Pelangi ini bercerita tentang kehidupan masyarakat miskin didaerah Pantai Belitung yang sangat ingin sekali bersekolah. Saya penah berfikir mengapa hampir semua novel dan cerpen yang ditugaskan oleh pak Firman ini bercerita tentang masyarakat yang kurang mampu? seperti novel Sekali Peristiwa di Banten Selatan, kemudian sebuah judul Tolong dalam cerpen tingbating,  Robahnya Surau Kami, Ronggeng Dukuh Paruk, Sepatu Dahlan, serta Laskar Pelangi ini. Kembali pada persoalan awal, Laskar Pelangi  merupakan novel yang penuh dengan amanat dan bercerita tentang sebuah persahabatan kesebelas anak miskin yang di namakan Laskar Pelangi yang bersekolah di SD Muhammadiah, sebuah sekolah yang hidup dan berdiri atas hasil uluran tangan para donatur. Mungkin pada zaman sekarang ini masih ada ya sekolah seperti itu, khususnya pada daerah-daerah plosok yang belum terjamah oleh pemerintah. Perbedaan Novel ini sendiri dengan versi film mungkin tidak terlalu menonjol ya. Dalam versi film, sutradara Salman Aristo membuat sedikit perbedaan dalam cerita dengan novelnya, mungkin tujuan sang sutradara membuat perbedaan agar jalan ceritanya sedikit lebih hidup. Kemudian perbedaan lainnya ialah kematian sang kepala sekolah Pak Harfan, dalam novel kematian tersebut tidak ada, mungkin adegan kematian kepala sekolah tersebut bertujuan untuk mengugah emosi penonton, karena setiap saya menonton film Laskar Pelangi ini adegan demi adegan yang diperagakan sangat menyentuh hati. Kemudian meninggalnya Pak Harfan ini membuat Bu Mus terpukul dan mogok mengajar. Adegan adegan itu tidak ada dalam Novel. 
Kemudian cerita lain dalam sekenario laskar pelangi yang berbeda dengan novelnya adalah pada saat Mahar menyanyikan lagu Seroja yang khas melayu menggantikan lagu Tenasse Waltz. Hal ini semakin memperkuat suasana melayu dalam sekenario film laskar pelangi.
Bagi saya entah itu bentuk film atau novel, Laskar Pelangi merupakan sebuah karya sastra yang penuh dengan amanat serta bisa memotivasi diri kita sendiri. Saya dapat mengambil beberapa pelajaran hidup yang penting dalam novel ini, salah satunya kita harus benar-benar menghargai hidup, menghargai semua pemberian tuhan, kemudian tidak pentang menyerah bila mengiinginkan sesuatu, dan tidak ada yang tidak mungkin asalkan kita mau berusaha. dan satu lagi pelajaran yang sangat berarti dalam hidup saya yaitu, bahwa pintar tidaklah menjamin kita untuk sukses, kita ambil contoh, dalam novel tokoh Lintang merupakan seorang tokoh yang pintar, tetapi di akhir cerita dia menjadi supir truk. Jadi saya mengambil kesimpulan bahwa semua kehidupan manusia sudah ada yang mengatur, yaitu Tuhan. Dan semua yang kita lakukan tidak terlepas dari campur tangan Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar