NAMA : ARI SULISTIARI
NIM : 2222112335
KELAS : 3
D (DIKSATRASIA) / UNTIRTA
MATA
KULIAH : PROSA FIKSI
Mereka
Bilang Saya Monyet adalah sebuah cerpen karya Djenar Maesa Ayu yang pertama
saya baca, apabila ingin membaca cerpen ini menurut saya harus mempunyai
pemikiran yang luar biasa lapang untuk bisa mengerti apa yang ia maksud dalam
pemikirannya ini. Intinya, membaca cerpen ini tidak hanya membutuhkan mata yang
terbuka, tetapi harus mempunyai pemikiran dan wawasan yang terbuka juga. Cerpen ini termasuk cerpen imajinatif.
Terlalu imajinatif malah, karena memaksa saya untung mengulang beberapa kata,
kalimat, bahkan paragraf dalam memahami aliran kisahnya. Dalam cerpen-cerpen
ini saya menemukan ada keterkaitan antar cerpen satu dengan cerpen lainnya,
yaitu broken home background, dan sexual harssment.
Dalam
semua cerpen karya Djenar Maesa Ayu yang menurut saya sangat menarik ialah
cerpen MBSM ini serta Lintah dan Melukis Jendela, karena ketiga cerpen ini
mempunyai keterkaitan yang sama, seperti yang sudah saya bilang tadi, dari segi
broken home dan sexual harssment. Yang unik dalam cerpen MBSM, orang-orang yang
munafik dalam cerita digambarkan seperti hewan-hewan yang aneh, seperti kutipan
dalam cerita:
“
Kebutuhan saya untuk buang air kecil semakin mendesak. Pintu kamar mandi masih
terkunci. Saya mengetuk pintu pintu pelan-pelan tidak ada jawaban dari dalam.
Tidak ada suara air dan tidak ada suara mengedan. Saya mendengar desahan
tertahan, saya kembali mengetuk pintu. Desahan itu berangsur diam. Saya
mengintip lewat lubang kunci bersamaan dengan pintu dibuka dari dalam. Sepasang
laki-laki dan perempuan keluar dari dalam kamar mandi, yang laki-laki dengan
lantang memaki “ Dasar binatang! dasar Monyet! Gak punya otak ngintip-ngintip
orang.” Seharusnya saya menghajar laki-laki berkepala buaya dan berekor
kalajengking itu..... ( hal 3).”
Sangat
kreatif banget ide diksinya. Yang saya tangkap dari cerpen ini mungkin
terkadang binatang lebih manusiawi dan manusia sering berkelakar layaknya binatang,
itu sedikit tesis saya tangkap.
Kemudian
ada “Lintah”, dalam lintah ini penulis mendedarkan kegetiran seorang remaja
yang menjadi korban kebuasan laki-laki pacar ibunya. Digambarkan dalam cerita
bahwa si Ibu memelihara Lintah yang berubah bentuk dan bisa membelah dirinya
menjadi banyak ular, kemudian lintah berhubungan intim dengan sang Ibu, setelah
itu Lintah menggerayangi dan memperkosa si “saya (Maha)”.
“
ular itu menyergap, melucuti pakaian saya , menjelajahi satu persatu lekuk
tubuh saya. melumat tubuh saya yang masih mulus, belum berbulu dan bersusu, dan
menari-nari diatas tubuh saya kemudian memuntahkan air liur yang setiap
tetesnya berubah menjadi lintah...... (hal 17).”
Kembali
dalam Lintah sang penulis membuat cerita yang bertemakan broken home dan seks.
Seperti dalam MBSM, dalam lintahpun diceritakan tentang keluarga yang broken
home, tokoh “saya” dalam cerita tersebut telah ditinggal mati oleh ayahnya,
sehingga ibunya bekerja sebagai penyanyi di sebuah cafe. Kemudian tema seks pun
tidak ketinggalan, dalam MBSM tema seks terlihat dari kutipan berikut:
“
Saya tahu persis si kepala anjing sering mengendus-endus kemaluan sikepala
serigala. Bahkan Si Kepala Anjing juga pernah mengendus-endus kemaluan saya
walaupun kami berkelamin sama..... (hal 8).”
Dari
kutipan di atas sangat jelas tema yang diusung adalah seks. Sedangkan dalam
Lintah tema seks sudah dapat kita ketahui dari cerita yang alurnya sudah dapat
ditebak. Meskipun alur dalam cerpen ini mudah ditebak tetapi penulis
menceritakan dengan kata-kata yang cerdas sehingga dalam membaca cerpen ini
saya tidak merasakan sebuah kejenuhan.
Cerpen
Melukis Jendela, tokohnya Mayra. Tokoh Mayra ini melukis sosok Ibu dan ayahnya
karena Mayra tidak pernah melihat sosok Ibunya sejak kecil dan tidak pernah
mendapatkan kasih sayang dari ayahnya. Karena itu Mayra berproyeksi demikian,
namun ia gagal lalu kemudian melukis jendela yang diharapkan bisa menjadi
ventilasi kebebasan perasaan bahkan dia bisa melakukan balas dendam atas
pelecehan seksual yang dilakukan oleh teman-teman sekolahnya. sekali lagi dia
gagal, malahan karena terinspirasi lukisan jendela, dia mengambil tindakan
nyata membebaskan diri dari kenyataan yang menghimpitnya, dia bunuh diri.
Seperti dalam kutipan:
“
Mayra melukis jendela, kemudian dia masuk
dan menemukan dirinya berada di sebuah taman indah yang penuh
warna-warni. Dua anak perempuan kecil menghampiri dan tersenyum kepadanya....
mereka lebih mirip bidadari ketimbang anak manusia. Mayra menuntun mereka
menuju pelangi emas bertahtakan mutiara. seorang laki-laki sudah menunggu
disana, merentangkan tangan untuk memeluk mereka semua........Mayra tidak
pernah kembali.” (hal 41).
Nah
itu lah beberapa cerpen karya djenar Maesa Ayu yang menurut saya sangat menarik
dan saling berkaitan. Tema yang diusung oleh penulis hampir semuanya sama yaitu
tema broken home, sexualiatas, bahkan latar sosial pun di gambarkan disini.
Tuturbahasa yang diciptakan oleh penulis sangatlah lugas, dan bahasanya sangat
kuat dan padat. Hal ini yang membuat cerpen-cerpen karya Djenar Maesa ayu ini
sangat menarik untuk dibaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar