NAMA : ARI SULISTIARI
NIM : 2222112335
KELAS : III D/ UNTIRTA
MATA
KULIAH : APRESIASI PROSA FIKSI (Sepatu Dahlan)
PERJUANGAN DAN DOA
Pada
mula ditugaskan untuk membaca novel ini saya sudah bertanya-tanya novel apa
ini. Tetapi setelah saya mempunyai novel ini ternyata saya baru tahu ternyata
novel ini mengisahkan tentang seorang Dahlan Iskan. Hanya butuh dua hari untuk
saya menyelesaikan membaca novel ini, karena novel karya Khrisna Pabichara
sangat menarik untuk dibaca, saya rasanya tidak ingin berhenti membalik halaman
demi halaman novel ini.
Meskipun
pada saat membaca novel ini banyak gangguan-gangguan teknis tetapi sangat susah
untuk berhenti membalik halaman novel ini, meskipun tugas menumpuk bagaikan
tumpukan-tumpukan sampah di TPA Cilowong tetapi demi keberhasilan membaca dan
menyelasaikan novel ini saya nomor duakan tugas-tugas itu.
Sepatu
Dahlan, sebuah novel yang sangat inspiratif. Novel yang terinspirasi dari
perjalanan hidup seorang Dahlan Iskan. Novel yang bagus sekali. Saya sangat
kagum dengan seorang sosok Dahlan Iskan ini, serta saya acungi dua jempol bagi
penulis yang memaparkan kisah perjalan Dahlan muda dengan tulisan yang menarik
serta mudah di pahami. Novel ini bercerita tentang sebuah keinginan atau
cita-cita seorang Dahlan muda untuk memiliki sebuah sepatu dan sepedah.
Kemudian sosok Dahlan Iskan sendiri yang sangat sederhana ini harusnya menjadi
panutan untuk semua orang. Saya pernah browsing diinternet tentang seorang
Dahlan Iskan, ternyata sosok seorang mentri BUMN ini harus patut dicontoh. Coba
bayangkan sosok seorang mentri BUMN ini hanya memakai kemeja lengan panjang
putih dan hanya menggnakan sepatu kets di Istana Negara, sangat bertolak
belakang dengan para mentri-mentri yang ada saat ini. Kesederhanaan Dahlan
Iskan ini ternyata buah dari kesabaran, bahwa kemiskinan bukanlah akhir dari
segalanya.
Novel
ini selain menceritakan tentang perjuangan Dahlan mengejar mimpinya mempunyai
sepatu dan sepeda, pahitnya kehidupan yang dihadapinya, dan juga persahabatan
dengan teman-temannya, novel inipun mengungkap sejarah pembantaian masal di
sumus-sumur tua di Sococ, Cigrok, dan dusun Dadapan, Magetan terhadap
simpatisan atau anggota PKI.
Kepiawaian
sang penulis dalam menceritakan kisah ini pun sangat berpengaruh. Meskipun
seorang Dahlan Iskan seorang mentri, namun sang penulis tidak menceritakan hal
yang baik-baiknya saja. Dalam novel sosok Dahlan tidak digambarkan sebagai
sosok yang sempurna, sama dengan anak-anak lainnya Dahlan juga dikisahkan melakukan
kenakalan, seperti mencuri tebu, mencoba membongkar lemari bapaknya agar dapat
membeli sepatu, dan memiliki nilai merah dirapotnya. Meskipun seperti itu,
kegigihan serta perjuangan seorang dahlan ini harus menjadi contoh dan panutan.
Tetapi apakah semua yang ada dalam cerita novel ini sama persis dengan kejadian
sebenarnya pada saat Dahlan Iskan remaja dulu?
Dahlan
mempunyai seorang bapak yang tegas dan
pendiam ( ketika membaca novel ini saya teringat pada sosok ayah Ikal pada
novel Laskar Pelangi yang sama-sama pendiam). Yang menurut saya asik dalam
novel ini adalah pada saat Dahlan muda falling in love dengan Aisha, gadis
berambut panjang anak Mandor Komar. Saking pemalunya, sampai lulus Aliah pun
Dahlan tidak berani mengutarakan peraasaannya. Entah apakah kisah itu terjadi
pada pak Dahlan Iskan atau tidak. Entahlah hanya penulis dan dahlan sendiri
yang tahu.
Kemudian
dalam novel yang sangat inspiratif ini kita dapat menemukan beberapa hal yang
patut untuk dijadikan teladan, yaitu Taat kepada orang tua.
“Ketika
Dahlan bimbang ingin sekolah di Pesantren Takeran, ayahnya bercerita tentang
seorang pemuda yang sangat berbakti kepada ibunya yang lumpuh. Kemudian pemuda
itu menggendong ibunya dari Yaman ke Mekkah untuk berhaji karena ibunya tak mau
ditinggal. Walaupun sampai lecet-lecet pundak dan kakinya, ternyata amal pemuda
itu tak sebanding dengan kasih sayang ibunya. Sosok pemuda ini menjadi contoh
untuk Dahlan untuk meneguhkan hatinya demi pilihan bapaknya”. (hal 27-28)
Kemudian
saya menangkap hal yang patut di contoh lainnya yaitu, Jangan pernah mencuri
walau tak punya.
“Ketika
bapak mengantar ibu kerumah sakit, Dahlan dan adiknya Zain sangat kelaparan
hingga Zain harus mengikat sarung pada perutnya kuat-kuat. Dahlan dengan sangat
terpaksa mencuri tebu diladang tebu milik Mandor Komar. Apesnya Dahlan ketahuan
dan dihukum mondok. Sore harinya, bapak dan ibu belum juga pulang, Dahlan dan
Zain kembali lapar. Dahlan berfikir untu mencuri lagi, tapi niat itu segera
dibatalkannya. Ketika pulang ternyata Komariah sudah berdiri didepan pintu rumahnya
dan membawakan nasi tiwul, ikan teri dan sambal terasi. Tuhan selalu punya cara
untuk membahagiakan hambanya. (hal 85-87)
Memang
luar biasa sekali novel Sepatu Dahlan ini, semua cerita yang terdapat didalam
novel ini sangatlah menarik dan penuh dengan motivasi serta inspirasi. Namun
ada satu hal yang membuat saya kecewa dalam membaca novel ini yakni pada saat
ending cerita disaat Aisha mengutarakan perasaannya lewat surat dan Dahlan pun
menyambutnya dengan janjinya bertemu distasiun Madiun. Baru sekedar janji, dan
ketika saya membalikhalaman berikutnya ternyata sudah epilog.....
Itu
yang membuat saya sedikit kecewa. Tetapi saya dengar dari teman saya ternyata
novel Sepatu Dahlan ada seri ke-2 dan ke-3 yakni Surat Dahlan dan Kursi Dahlan.
Jadi kekecewaan saya sedikit terobati. Mungkin saya akan membeli seri ke-2 dan
ke-3 nya itu, jika ada uang... he..he..he,,,,,,,,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar