NAMA : ARI SULISTIARI
NIM : 2222112335
KELAS : 3 D
(DIKSATRASIA)
MATA
KULIAH : MORFOLOGI
A. AFIKSASI
Afiksasi merupakan
proses pembentukan kata dengan cara pembubuhan morfem afiks (imbuhan) pada
sebuah dasar atau suatu bentuk dasar. Misalnya pembubuhan afiks ber- pada jalan menjadi berjalan, pada
sepeda menjadi bersepeda. Dalam afiksasi terlibat tiga unsur, yaitu (i) dasar atau
bentuk dasar, (ii) afiks, dan (iii) makna gramatikal yang dihasilkan.
Afiks atau imbuhan ialah sebuah
bentuk, biasanya berupa morfem terikat yang diimbuhkan pada sebuah dasar dalam
proses pembentukan kata.
Menurut Yasin (1987), afiks memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
a.
Afiks merupakan unsur
langsung pembentukan kata-kata baru disamping unsur lainnya.
Contoh:
ber- + tani = bertani
meng- + atutr = mengatur
di- + beri =
diberi
se- + gudang =
segudang
b.
Afiks merupakan bentuk
terikat
Sebagai
unsur langsung pemebentuk kata-kata baru, afiks merupakan imbuhan dan bukan
merupakan bentuk bebas. sebagai morfem, afiks termasuk kedalam morfem terikat,
yang belum memiliki arti dan makna apa-apa sebelum masuk kedalam morfem lain.
c.
Afiks mampu melekat
pada berbagai bentuk
Afiks
harus mampu melekat pada berbagai bentuk. Tidak hanya pada bentuk tertentu
saja.
Contoh:
sebagai afiks, -i mampu melekat pada berbagai bentuk.
jalan + -i
datang + -i
tulis + -i
Catatan:
sebagai afiks tertentu yang hanya mampu melekat atau bergabung pada beberapa
bentuk tertentu saja. Afiks yang demikian disebut afiks improduktif/tidak
produktif.
d.
Afiks tidak memiliki
makna leksikal
e.
Afiks mampu mendukung
fungsi gramatikal.
Contoh:
malas +
ke-an = kemalasan
bodoh +
ke-an = kebodohan
Kata dasar
|
Kata sifat
|
Afiks
|
Konflik
|
Kata-kata baru
|
Bentuk kompleks
|
f.
Afiks mampu mendukung
fungsi semantik
g.
Kedudukan afiks tidak
sama dengan preposisi.
Dalam
praktik pemakaian bahasa, beberapa afiks sering dikacau dengan preposisi yang
kebetulan bentuknya sama.
Misalnya,
bentuk ke dan di pada kata ke kampus dan
ketua, serta dibawa dan di sawah
berbeda.
Bentuk ke pada kata ke kampus dan
ke pada frasa di sawah merupakan preposisi karena mengandung arti leksikal, yakni
menunjukan keterangan tempat atau tujuan. Secara gramatis ke dan di sebagai
preposisi memiliki sifat bebas.
Bentu ke pada kata ketua dan
bentuk dipada kata dibawa merupakan afiks sebab jika berdiri
sendiri tidak memiliki makana leksis.
B.
REDULIKASI
( PENGULANGAN )
Proses pengulangan atau
reduplikasi ialah pengulangan satuan gramatikal, baik seluruhnya maupun
sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Misalnya kata ulang rumah-rumah dari bentuk dasar rumah.
Setiap kata ulang sudah tentu memiliki bentuk dasar. Kata-kata seperti sia-sia, alun-alun, mondar-mandir, compang
camping, hura-hura, dalam tinjauan deskriptif tidak dapat digolongkan kata
ulang karena sebenarnya tidak ada satuan yang diulang. dari deretan morfologik
dapat ditentukan bahwa sesungguhnya tidak ada satuan lebih kecil dari kata-kata
tersebut. Secara historik atau komparatif, mungkin kata-kata itu dapat
dimasukan kedalam golongan kata ulang, tetapi uraian kami di sini tidak
berdasarkan tinjauan historik maupun komperatif.
Berdasarkan cara mengulang bentuk
dasarnya, pengulangan dapat digolongkan menjadi empat golongan yaitu:
·
Pengulangan Seluruh
Pengulangan seluruh ialah pengulangan seluruh bentuk
dasar, tanpa perubahana fonem tidak berkombinasi dengan protes pembubuhan
afiks.
·
Pengulangan Sebagian
pengulanagan sebagian ialah pengulangan sebagian dari
bentuk dasarnya. Disini bentuk dasar tidak diulang seluruhnya. Hampir semua
bentuk dasar pengulangan golongan ini berupa bentuk kompleks.
·
Pengulangan yang
berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks
Dalam golongan ini bentuk dasar diulang seluruhnya dan
berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks, maksudnya pengulangan itu terjadi
bersama-sama pula mendukung satu fungsi.
·
Pengulanagan dengan
perubahan fonem
Kata ulang yang pengulangannya termasuk golongan ini
sebenarnya sangat sedikit. Di samping bolak-balik
terdapat kata kebalikan, sebaliknya,
dibalik, membalik. dari perbandingan itu, dapat disimpulkan bahwa kata
bolak-balik dibentuk dari bentuk dasar balik yang diulang seluruhnya dengan
perubahan fonem, ialah dari /a/ menjadi /o/ dan /i/ menjadi /a/.
C.
KOMPOSISI
Komposisi merupakan
proses penggabungan dua leksem atau lebih yang membentuk kata. Kata yang
terbentuk melalui proses komposisi ialah kompositum atau kata majemuk.
Kata majekmuk memiliki ciri empiris
sebagai berikut:
v
Ketaktersisipan;
artinya diantara komponen-komponen kata majemuk tidak dapat disisipi apapun.
Misalnya, sapu tangan dan cuci mata, dosen tamu merupakan kata
majemuk karena tidak dapat disisipi apapun, sedangkan alat negara merupakan frasa karena dapat disisipi partikel dari,
menjadi alat dari negara.
v
Ketakterluasan; artinya
komponen kata majemuk itu masing-masing tidak dapat diafiksasikan atau
dimodifikasikan. Perluasan untuk kompositum hanya mungkin untuk semua
komponennya sekaligus. Misalnya, surat
kabar dan kereta api dapat
dimodifikasikan menjadi persuratkabaran dan
perkeretaapian;
v
Ketakterbalikan;
artinya komponen kata majemuk itu tidak dapat dipertukarkan. Gabungan seperti pulang
pergi, bapak ibu, dan lebih kurang bukanlah kompositum, melainkan frasa
koordinatif karena dapat dibalikan. Gabungan kata semacam itu memberikan
kesempatan kepada penutur untuk memilih mana yang akan didahulukan.
Sekaitan dengan kata majemuk,
Kridalaksana (1996) menyatakan bahwa antara kompositum dan kata majemuk tidak
selalu sejajar atau sama. Misalnya, kompositum bumi hangus, isatu padu, dan sebar
luas merupakan bentuk-bentuk terikat yang belum bersetatus kata karena
tidak dapat berdiri sendiri kalau tidak mengalami proses afiksasi.
REFERENSI
Ramlan, M.,
Morfologi, Suatu Tinjauan Deskriptif, UP Karyono, Yogyakarta, 2009.
Suherlan,
Odien R,. Ihwal Ilmu Bahasa dan
Cakupannya, Serang, 2004.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar