Jumat, 22 Mei 2015



NAMA                        :  ARI SULISTIARI
NIM                            :  2222112335
KELAS                       :  3 D  (DIKSATRASIA)
MATA KULIAH       :  MORFOLOGI


A.    AFIKSASI
            Afiksasi merupakan proses pembentukan kata dengan cara pembubuhan morfem afiks (imbuhan) pada sebuah dasar atau suatu bentuk dasar. Misalnya pembubuhan afiks ber- pada jalan menjadi berjalan, pada sepeda menjadi bersepeda. Dalam afiksasi terlibat tiga unsur, yaitu (i) dasar atau bentuk dasar, (ii) afiks, dan (iii) makna gramatikal yang dihasilkan.
            Afiks atau imbuhan ialah sebuah bentuk, biasanya berupa morfem terikat yang diimbuhkan pada sebuah dasar dalam proses pembentukan kata.
            Menurut Yasin (1987), afiks memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a.      Afiks merupakan unsur langsung pembentukan kata-kata baru disamping unsur lainnya.
Contoh:
ber-                  +          tani                              =  bertani
meng-              +          atutr                             = mengatur
di-                    +          beri                              = diberi
se-                    +          gudang                                    = segudang

b.     Afiks merupakan bentuk terikat
Sebagai unsur langsung pemebentuk kata-kata baru, afiks merupakan imbuhan dan bukan merupakan bentuk bebas. sebagai morfem, afiks termasuk kedalam morfem terikat, yang belum memiliki arti dan makna apa-apa sebelum masuk kedalam morfem lain.


c.      Afiks mampu melekat pada berbagai bentuk
Afiks harus mampu melekat pada berbagai bentuk. Tidak hanya pada bentuk tertentu saja.
Contoh: sebagai afiks, -i mampu melekat pada berbagai bentuk.
jalan                 +          -i
datang             +          -i
tulis                 +          -i
Catatan: sebagai afiks tertentu yang hanya mampu melekat atau bergabung pada beberapa bentuk tertentu saja. Afiks yang demikian disebut afiks improduktif/tidak produktif.
d.     Afiks tidak memiliki makna leksikal
e.      Afiks mampu mendukung fungsi gramatikal.
Contoh:
malas   +    ke-an         = kemalasan
bodoh  +    ke-an         = kebodohan
Kata dasar
 Kata sifat
Afiks
Konflik
Kata-kata baru
Bentuk kompleks
       


f.       Afiks mampu mendukung fungsi semantik
g.      Kedudukan afiks tidak sama dengan preposisi.
Dalam praktik pemakaian bahasa, beberapa afiks sering dikacau dengan preposisi yang kebetulan bentuknya sama.
Misalnya, bentuk ke dan di pada kata ke kampus dan ketua, serta dibawa dan di sawah berbeda.
            Bentuk ke pada kata ke kampus dan ke pada frasa di sawah merupakan preposisi karena mengandung arti leksikal, yakni menunjukan keterangan tempat atau tujuan. Secara gramatis ke dan di sebagai preposisi memiliki sifat bebas.
            Bentu ke pada kata ketua dan bentuk dipada kata dibawa merupakan afiks sebab jika berdiri sendiri tidak memiliki makana leksis.





B.    REDULIKASI ( PENGULANGAN )
            Proses pengulangan atau reduplikasi ialah pengulangan satuan gramatikal, baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Misalnya kata ulang rumah-rumah dari bentuk dasar rumah. Setiap kata ulang sudah tentu memiliki bentuk dasar. Kata-kata seperti sia-sia, alun-alun, mondar-mandir, compang camping, hura-hura, dalam tinjauan deskriptif tidak dapat digolongkan kata ulang karena sebenarnya tidak ada satuan yang diulang. dari deretan morfologik dapat ditentukan bahwa sesungguhnya tidak ada satuan lebih kecil dari kata-kata tersebut. Secara historik atau komparatif, mungkin kata-kata itu dapat dimasukan kedalam golongan kata ulang, tetapi uraian kami di sini tidak berdasarkan tinjauan historik maupun komperatif.
            Berdasarkan cara mengulang bentuk dasarnya, pengulangan dapat digolongkan menjadi empat golongan yaitu:
·         Pengulangan Seluruh
            Pengulangan seluruh ialah pengulangan seluruh bentuk dasar, tanpa perubahana fonem tidak berkombinasi dengan protes pembubuhan afiks.
·         Pengulangan Sebagian
            pengulanagan sebagian ialah pengulangan sebagian dari bentuk dasarnya. Disini bentuk dasar tidak diulang seluruhnya. Hampir semua bentuk dasar pengulangan golongan ini berupa bentuk kompleks.
·         Pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks
            Dalam golongan ini bentuk dasar diulang seluruhnya dan berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks, maksudnya pengulangan itu terjadi bersama-sama pula mendukung satu fungsi.
·         Pengulanagan dengan perubahan fonem
            Kata ulang yang pengulangannya termasuk golongan ini sebenarnya sangat sedikit. Di samping bolak-balik terdapat kata kebalikan, sebaliknya, dibalik, membalik. dari perbandingan itu, dapat disimpulkan bahwa kata bolak-balik dibentuk dari bentuk dasar balik yang diulang seluruhnya dengan perubahan fonem, ialah dari /a/ menjadi /o/ dan /i/ menjadi /a/.



C.    KOMPOSISI
            Komposisi merupakan proses penggabungan dua leksem atau lebih yang membentuk kata. Kata yang terbentuk melalui proses komposisi ialah kompositum atau kata majemuk.
            Kata majekmuk memiliki ciri empiris sebagai berikut:
v  Ketaktersisipan; artinya diantara komponen-komponen kata majemuk tidak dapat disisipi apapun. Misalnya, sapu tangan dan cuci mata, dosen tamu merupakan kata majemuk karena tidak dapat disisipi apapun, sedangkan alat negara merupakan frasa karena dapat disisipi partikel dari, menjadi alat dari negara.
v  Ketakterluasan; artinya komponen kata majemuk itu masing-masing tidak dapat diafiksasikan atau dimodifikasikan. Perluasan untuk kompositum hanya mungkin untuk semua komponennya sekaligus. Misalnya, surat kabar dan kereta api dapat dimodifikasikan menjadi persuratkabaran dan perkeretaapian;
v  Ketakterbalikan; artinya komponen kata majemuk itu tidak dapat dipertukarkan. Gabungan seperti pulang pergi, bapak ibu, dan lebih kurang bukanlah kompositum, melainkan frasa koordinatif karena dapat dibalikan. Gabungan kata semacam itu memberikan kesempatan kepada penutur untuk memilih mana yang akan didahulukan.
            Sekaitan dengan kata majemuk, Kridalaksana (1996) menyatakan bahwa antara kompositum dan kata majemuk tidak selalu sejajar atau sama. Misalnya, kompositum bumi hangus, isatu padu, dan sebar luas merupakan bentuk-bentuk terikat yang belum bersetatus kata karena tidak dapat berdiri sendiri kalau tidak mengalami proses afiksasi.


REFERENSI
Ramlan, M., Morfologi, Suatu Tinjauan Deskriptif, UP Karyono, Yogyakarta, 2009.
Suherlan, Odien  R,. Ihwal Ilmu Bahasa dan Cakupannya, Serang, 2004.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar