NAMA : ARI SULISTIARI
NIM : 2222112335
KELAS : III
D (Diksatrasia)/ UNTIRTA
MATA
KULIAH : Apresiasi Prosa Fiksi (Pada Sebuah Kapal)
ANTARA HATI DAN CINTA
Bismillahirrahmanirahim....
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunianya saya dapat menyelesaikan esai trakhir ini. Banyak sisi positif yang
saya terima karena tugas ini, diantaranya saya mulai senang membaca, kemudian
sayapun bisa mengenal beberapa sastrawan lewat karya-karyanya dan banyak lagi.
Pada
Sebuah Kapal ada salah satu novel yang dibuat oleh Nh Dini. Setelah membaca
judul novel ini saya sudah menebak bahwa setting ayang akan terjadi dalam novel
ini berada di atas sebuah kapal. Novel yang menurut saya bagus sekaligus
mencritakan sebuah Kebohongan. Nh Dini merupakan seorang wanita yang sudah lama
berkecimpung dalam dunia kesusastraan. Tapi setelah saya mencari info serta
biodata tentang beliau, saya mendapatkan sebuah informasi bahwa seorang eang Nh
Dini ini ternyata hidup di panti jompo dengan keuangan kurang dari kecukupan,
ironis sekali. Ada lagi yang lebih ironis dari itu, ternyata Nh Dini melelang
beberapa lukisan untuk dapat menyambung hidup. Sungguh sangat miris sekali
perjalanan beliau.
Pada
Sebuah Kapal. Sesungguhnya cerita dalam novel ini menarik, kisah percintaan
selalu menarik untuk disimak; kehilangan, kerinduan, kebahagiaan,
pengharapan.... Namun saya merasa bosan, memang pada awal buku ini Nh Dini
membukanya dengan menarik, bagaimana perjuangan Sri setelah ditinggalkan
ayahnya untuk dapat hidup dengan mandiri juga perasaan Sri yang menyukai
seseorang, kesedihan yang mendalam karena ditinggal tunangannya, juga pada
akhirnya menikah dengan seorang diplomat Prancis yang tidak dicintainya.
Setelah penggambaran panjang itulah baru masuk kedalam cerita di dalam kapal,
dimana Sri bertemu dengan orang yang
membuatnya jatuh cinta. Yang membuat saya bosan pada bagian kedua yang
menceritakan michael; pertemuan dengan perempuan-perempuan sebelum Sri,
diselingi perasaannya pada sri. Mungkin akan lebih baik jika dibuat dua sudut
pandang, ceritanya dari masing-masing tokoh dibuat berimbang. Mungkin apabila
seperti itu, ceritanya tidak membosankan seperti ini.
Kemudian
ada beberapa hal dalam cerita yang saya kurang bahkan tidak setuju dengan
pendapat yang dituliskan penulis-penulis laki-laki yaitu sebagai Sri “ Pada
Sebuah Kapal”, dia menjadi perempuan yang menebas persepsi penulis laki-laki
terhadap keumnya: bahwa kaum perempuan selalu berlemah lembut baik dalam fisik
maupun rohani. Bahwa perempuan selalu menerima segala sesuatunya seolah telah
menjadi kodratnya.
Karena
sebagai Sri, perempuan benar-benar berhakikat sebagai perempuan bila dilukiskan
oleh kaumnya sendiri.
Sebagai
Sri “Pada Sebuah Kapal” dia adalah perempuan yang tidak mau menoleh kebelakang,
dan menyadari kualitasnya sendiri sebagai manusia. Dan karena itu dia memandang
kedepan. Dan sebagai Sri, dia menjadi sosok yang ekstrim diluar pandangan
lelaki; dia menjadi perempuan yang tidak ingin menyerah, bahkan terhadap lelaki
sekalipun. Namun dalam dirinya masih tersisa kelembutan. Kejawaan. bahwa dia
masih seorang Timur yang hidup ditengah unsur Barat.
Seabagai
Sri, dia adalah manusia yang tidak luput dari kesalahan, tapi apalah kesalahan?
Hukum dibuat oleh manusia. Sementara didekatnya, kebahagiaan telah menanti stelah rumah tangga
membakar dirinya. Dan dia dibuai oleh keperkasaan yang merdeka, di atas sebuah
kapal, dipermainkan ombak dan angin laut.
Buku
yang sangat berani menurut saya, karena dalam buku ini digambarkan bahwa sex
atas dasar cinta diperbolehkan. Sri seakan menjelma menjadi seorang perempuan
yang tahu akan keinginannya. Hal ini justru kontras dengan latar belakang
keluarga Sri, yang perempuan jawa selalu di didik untuk serba halus dalam
berkata dan bersikkap.
Adapun
amanat yang bisa dipetik dari novel ini adalah bahwa belum tentu kita mengenal
orang yang kita kenal, dalam artian bahwa tidak ada batas waktu yang ditentukan
untuk mengenal seluk-beluk karakter orang. Contohnya, Sri berfikiran bahwa
suaminya sangat lembut, baik, dan pengertian, tetapi tidak lama setelah menikah
ia menyadari bahwa suaminya telah berubah menjadi kasar dan cepat marah. Amanat
yang kedua yang dapat saya tangkap dalam cerita novel ini adalah bagaimana
kultur dapat memisahkan kepercayaan atau kebiasaan dari pasangan. Kemudian saya
menemukan beberapa unsur sosial yang terkandung dalam cerita ini yakni pada
awal cerita, Sri menceritakan pada masa kecilnya, yang berlanjut pada cerita
menikah, kapal, dan hidupnya sebagai Ibu. di Bab 7, Sri pun menikahi Charles
Vincent. penulis menyimpulkan bahwa Sri tidak meminta izin dari keluarganya,
yang membuat ia terkesan pemberontak dan cuek terhadap kata-kata yang terlontar
dari keluarganya. Di Bab inipun tertulis “ Dan apalagi uangakan kau kerjakan
dengan kewarganegaraanmu, kau seorang penari, dan kau penari tanah airmu.” (hal
116). Kalimat ini dilontarkan oleh Sutopo yang menentang keras pernikahan Sri
dengan Charles. kalimat ini mengendung unsur Nasionalisme yang terselubung.
Sutopo mengatakan bahwa dengan kewarganegaraan Sri yaitu Indonesia.
Saya
Ari Sulistiari... Terima Kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar