Jumat, 22 Mei 2015



METODOLOGI  PENELITIAN
A.    Tempat dan Waktu Penelitian
1.    Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah nama lembaga dan alamat tempat yang dijadikan penelitian, dan peneliti dibagian ini untuk menyebutkan nama dan alamat tempat penelitian secara lengkap.
2.    Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah seberapa waktu atau kapan peneliti mengadakan penelitian dari penyusunan  proposal sampai penyelesaian pembuatan laporan penelitian, sebutkan berapa bulan atau berapa tahun penelitian tersebut dilakukan.

B.    Metode Penelitian
Untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis, diperlukan metode penelitian. Untuk itu dibagian ini perlu ditetapkan metode penelitian apa yang akan digunakan. Ada beberapa metode penelitian antara lain :
1.    Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Metode ini dapat dilakukan dalam penelitian yang bersifat penelitian :
a.     Perbedaan
b.    Pengaruh
2.    Survei
a.     Korelasional
b.    Kontribusi
c.     Evaluatif
3.    Naturalistik (kualitatif)

C.    Populasi dan Sampel
1.    Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

2.    Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.

3.    Teknik Sampling
Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan sampel dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan. Secara sistimatis macam-macam teknik sampling adalah :
a.     Probability sampling
Adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Macam-macamnya adalah :
1.    Simple Random Sampling
Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan suatu yang ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen. Pengambilan sampel acak sederhana dapat dilakukan dengan cara undian, memilih bilangan dan daftar bilangan secara acak.
2.    Proportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional. Misal : suatu organisasi yang mempunyai pegawai dan latar belakang pendidikan berstrata, maka populasi pegawai itu berstrata.
3.    Disproportionate Stratified Random Sampling
Teknik digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrata tetapi kurang proporsional.
4.    Cluster Sampling (Area Sampling)
Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas. Misal : penduduk dari suatu negara, propinsi atau kabupaten. Untuk menentukan penduduk mana yang akan dijadikan sumber data, maka pengambilan sampel ditetapkan secara bertahap dari wilayah yang luas (negara) sampai ke wilayah terkecil (kabupaten). Setelah terpilih sampel terkecil kemudian baru dipilih sampel secara acak. Teknik sampling daerah ini sering digunakan melalui dua tahap, yaitu tahap pertama menentukan sampel daerah, dan tahap berikutnya menentukan orang-orang yang ada pada daerah itu secara sampling juga

b.    Nonprobability Sampling
Adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Jenisnya adalah :
1.    Sampling Sistematis
Adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Misalnya : anggota populasi yang terdiri dari 100 orang. Dari semua anggota itu diberi nomor urut, yaitu nomor 1 sampai dengan nomor 100. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan mengambil nomor ganjil saja, genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu.
2.    Sampling Kuota
Adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Misalkan : dalam penelitian dengan jumlah sampel yang ditentukan 500 orang, kalau pengumpulan data belum memenuhi kuota 500 orang tersebut, maka penelitian dipandang belum selesai.
3.    Sampling Insidental
Adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.
4.    Sampling Purposive
Adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Misalnya akan melakukan penelitian tentang kualitas makanan, maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli makanan. Sampel ini lebih cocok digunakan untuk penelitian  kualitatif, atau penelitian-penelitian yang tidak melakukan generalisasi.
5.    Sampling Jenuh
Adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang dan biasanya jumlah kecil tersebut dijadikan langsung sebagai sampel.
6.    Snowball Sampling
Adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Dalam penentuan sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua orang, tetapi karena dengan dua orang itu belum merasa lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua orang sebelumnya. Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak.

D.    Instrumen dan Skala Pengukuran
1.    Instrumen Penelitian
Pada perinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian . jadi Instrumen Penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam atau sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian.
a.     Cara Menyusun Instrumen
Instrumen-instrumen penelitian dalam bidang sosial umumnya dan khususnya bidang administrasi yang sudah baku sulit ditemukan. Untuk itu maka peneliti harus mampu membuat instrumen yang akan digunakan dalam penelitian. Titik tolak dari peyusunan adalah variabel-variabel penelitian yang ditetapkan untuk diteliti. Penyusunan instrumen tersebut adalah :
1.    Dari masing-masing variabel dalam penelitian tersebut diberikan definiisi oprasionalnya,
2.    Menentukan indikator yang akan diukur,
3.    Dari indikator tersebut kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan
4.    Untuk memudahkan penyusunan instrumen maka perlu digunakan matrik pengembangan instrumen atau kisi-kisi instrumen. 

b.    Contoh judul  penelitian dan instrumen yang dikembangkan
1.    Judul Penelitian
“Gaya dan Situasi Kepemimpinan serta Pengaruhnya terhadap Iklim Kerja Organisasi”
Judul tersebut terdiri atas dua variabel independel (bebas) dan satu variabel dependen (terikat). Masing-masing instrumen Variabel tersebut adalah :
a.     Instrumen untuk mengukur variabel gaya kepemimpinan
b.    Instrumen untuk mengukur variabel situasi kepemimpinan
c.     Instrumen untuk mengukur variabel iklim kerja organisasi.
2.    Sesuai dengan cara penyusunan instrumen langkah ke dua adalah setelah variabel-variabel diketahui maka membuat definisi operasional dari masing-masing variabel.
3.    Kemudian menentukan indikator-indikator dari varibel sesuai dengan definisi operasional variabel di atas.
4.    Indikator  yang sudah ditentukan maka langkah selanjutnya adalah membuat pertanyaan atau pernyataan.
5.    Membuat matrik pengembangan instrumen/kisi-kisi instrumen. Misalanya sesuai dengan variabel pada judul di atas kisi-kisi instrumennya adalah
Variabel Penelitian
Indikator
No Item Instrumen
Gaya kepemimpinan
1.       Kepemimpinan direktif
2.       Kepemimpinan supportive
3.       Kepemimpinan partisipatif
1, 4, 7, 10, 13, 16
2, 5, 8, 11, 14, 17
3, 6, 9, 12, 15, 18
Situasi Kepemimpinan
1.       Hubungan pemimpin dengan anggota
2.       Tugas-tugas
3.       Power position
1, 2, 3, 4, 5, 6

7, 8, 9, 10, 11, 12
13, 14, 15, 16, 17, 18
Iklim Kerja Organisasi
1.       Otonomi dan fleksibilitas
2.       Menaruh kepercayaan dan terbuka
3.       Simpatik dan memberi dukungan
4.       Jujur dan menghargai
5.       Kejelasan tujuan
6.       Pekerjaan yang resiko
7.       Pertumbuhan kepribadian
1, 2

3, 4

5, 6
7,8
9, 10
11, 12
13, 14

c.     Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen
1.    Pengujian Validtas Instrumen
a.     Pengujian validitas konstruksi
1.    Instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu,
2.    Selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli, Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun itu, diterima atau tidak.
3.    Melakukan uji coba instrumen terhadap sampel yang ditentukan.
4.    Hasil uji coba data yang diperoleh ditabulasikan
5.    Pengujian validitas konstruksi dilakukan dengan analisis faktor dan mengkorelasikan sekor faktor dengan sekor total.
b.    Pengujian Validitas Isi
Untuk instrumen yang berbentuk tes, pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan
c.     Pengujian Validitas Eksternal
Validitas eksternal instrumen diuji dengan cara membandingkan (untuk mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi dilapangan


2.    Pengujian Reliabilitas Instrumen
a.    Test-retest
Instrumen penelitian yang reliabilitasnya diuji dengan test-retest dilakukan dengan cara mencobkan instrumen beberapa kali dengan responden. Jadi dalam hal ini instrumennya sama, respondennya sama, dan waktunya yang berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan signifikan maka instrumen tersebut sudah dinyatakan reliabel. Pengujian cara ini sering juga disebut stability.
b.    Ekuivalen
Instrumen yang ekuivalen adalah  pertanyaan yang secara bahasa berbeda, tetap maksudnya sama. Pengujian reliabilitas instrumen dengan cara ini cukup dilakukansekali, tetapi instrumennya dua, pada responden yang sama,waktu sama, instrumen berbeda. Reliabilitas instrumen dihitung dengan cara mengkorelasikan antara data instrumen yang satu dengan data instrumen yang dijadikan ekuivalen. Bila korelasi positif dan signifikasn, maka instrumen dapat dinyatakan reliabel.
c.     Gabungan
Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan cara mencobakan dua instrumen yang ekuivalen itu beberapa kali, ke responden yang sama. Jadi cara ini merupakan gabungan pertama dan kedua. Reliabilitas instrumen dilakukan dengan mengkorelasikan dua instrumen,  setelah itu dikorelasikan pada pengujian kedua , dan selanjutnya dikorelasikan secara silang.
d.    Internal Consistency
Pengujian reliabilitas dengan internal consistency dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian yang data diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrumen.
Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan dengan teknik belah dua dari Spearman Brown, KR. 20, KR 21,

2.    Sekala Pengukuran
Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif.
Dengan skala pengukuran ini, maka nilai variabel yang diukur dengan instrumen tertentu dapat dinyatakan dalam bentuk angka, sehingga akan lebih akurat, efisien dan komunikatif. Adapun jenis-jenis skala pengukuran berupa skala sikap adalah :

1.    Skala Likert
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian.
Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.
Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif samapi sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain :
a.     Sangat setuju                        a. Selalu
b.    Setuju                                    b. Serng
c.     Ragu-ragu                             c. Kadang-kadang
d.    Tidak setuju                          d. Tidak pernah
e.     Sangat tidak setuju
Atau :
a.     Sangat positif                        a. Sangat baik
b.    Positif                                    b. baik
c.     Negatif                                   c. Tidak baik
d.    Sangat negatif                       d. Sangat tidak baik
Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor, misalnya :
1.    Setuju/selalu/sangat positif diberi skor                              5
2.    Setuju/sering/positif diberi skor                                         4
3.    Ragu-ragu/kadang-kadang/netral diberi skor                    3
4.    Tidak setuju/hampir tidak pernah/negatif skornya           2
5.    Sangat tidak setuju/tidak pernah diberi skor                     1
Instrumen penelitian yang menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam bentuk ceklis ataupun pilihan ganda. Milanya :
1.    Contoh bentuk ceklis :
Brilah jawaban pertanyaan/pernyataan berikut sesuai dengan pendapat anda, dengan cara memberi tanda (v) pada kolom yang tersedia.
No
Pertanyaan/pernyataan
               Jawaban
 SS    ST    RG    TS    STS
1.


2.
Prosedur kerja yang baru itu akan segera diterapkan di persahaan anda
...................................
          V
                  
2.    Contoh bentuk pilihan ganda
Berilah salah satu jawaban terhadap pertanyaan/pernyataan berikut sesuai dengan pendapat anda, dengan cara memberi tanda lingjkaran pada nomor jawana yang tersedia.
Prosedur kerja yang baru itu akan segera diterapkan di lembaga anda ?
a.     Sangat tidak setuju
b.    Tidak setuju
c.     Ragu-ragu/netral
d.    Setuju
e.     Sangat setuju


2.    Skala Guttman
Skala pengukuran dengan tipe ini, akan didapat jawaban yang tegas, yaitu “ya – tidak”, “benar-salah”, “pernah –tidak pernah”, “positif-negatif”, dan lain-lain. Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau rasio dikotomi (dua alternatif) yaitu “setuju” atau “tidak setuju”. Penelitian menggunakan skala Guttman dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan. Contoh :
1.    Bagaimana pendapat anda, bila orang itu menjabat pimpinan di perusahaan ini ?
a.     Setuju
b.    B. Tidak setuju
2.    Pernahkan pimpinan melakukan pemeriksaan di ruang kerja anda ?
a.     Tidak pernah
b.    Pernah
Skala Guttman selain dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda, juga dapat dibuat dalam bentuk ceklis. Jawaban dapat dibuat skor setinggi satu dan terendah nol. Misalnya untuk jawaban setuju diberi skor 1 dan tidak setuju diberi skor 0.

3.      Semantic Differensial
Skala pengukuran yang berbentuk semantic differensial dikebangkan oleh Osgood. Skala ini juga digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda maupun ceklis, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang yang jawaban “sangat positifnya” terletak dibagian kanan garis, atau sebaliknya. Data yang diperoleh adalah data interval, dan biasanya skala ini digunakan untuk mengukur sikap/karakteristik tertentu yang dipunyai oleh seseorang. Contoh :

Beri nilai gaya kepemimpinan manajer anda
Bersahabat                      5    4    3    2    1            Tidak bersahabat
Tepat janji                      5    4    3    2    1            Lupa janji
Bersaudara                      5    4    3    2    1            Memusuhi
Memberi pujian             5    4    3    2    1            Mencela
Mempercayai                  5    4    3    2    1            Mendominasi

Responden dapat memberi jawaban, pada rentang jawaban yang positif sampai dengan negatif. Hal ini tergantung pada persepsi responden kepada yang dinilai.
Responden yang memberi penilaian dengan angka 5, berarti persepsi responden terhadap pemimpin itu sangat positif, sedangkan bila memberi jawaban pada angka 3, berarti netral, dan bila memberi jawaban pada angka 1, maka persepsi responden terhadap pemimpinnya sangat negatif.

4.      Ratting Scale
Dari ketiga skala pengukuran yang telah dikemukakan, data yang diperoleh semuanya adalah data kualitatif yang kemudian dikuantitatifkan. Tetapi dengan Ratting-scale data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.
Responden menjawab senang atau tidak senang, setuju atau tidak setuju , pernah atau tidak pernah, adalah merupakan data kualitatif. Dalam skala model ratting scale, responden tidak akan menjawab salah satu dari jawaban kualitatif yang telah disediakan. Oleh karena itu ratting scale ini lebih fleksibel, tidak terbatas untuk pengukuran sikap saja tetapi untuk mengukur persepsi responden terhadap fenomena lainnya, seperti skala untuk mengukur status sosial ekonomi, kelembagaan, pengetahuan, kemampuan, proses kegiatan dan lain-lain.
Yang penting bagi penyusun instrumen dengan ratting scale adalah harus dapat mengartikan setiap angka yang diberikan pada alternatif jawaban pada setiap item instrumen. Orang tertentu memilih jawaban angka 2, tetapi angka 2 oleh orang tertentu belum tentu sama maknanya dengan orang lain yang juga memilih jawaban dengan angka 2.
Contoh :
Seberapa baik data ruang kerja yang ada di perusahaan A ?
Berilah jawaban dengan angka:
4 bila tata ruang itu sangat baik
3 bila tat ruang itu cukup baik
2 bila tata ruang itu kurang baik
1 bila tata ruang itu sangat tidak baik
Jawablah dengan melingkari nomor jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
No
Pertanyaan tentang tata ruang kantor
Interval Jawaban
1.

2.
3.
10.
Penataan meja kerja sehingga arus kerja menjadi pendek
Pencahayaan alam tiap ruang
...........................
...........................
  4     3      2     1

  4     3      2     1

Jumlah skor kreterium (bila setiap butir mendapat skor tertinggi) = 4 x 10 x 30 = 1200. Untuk ini skor tertinggi tiap butir =4, jumlah butir =10 dan jumlah responden =30.
Jumlah skor hasil pengumpulan data = 818 Dengan demikian kualitas tata ruang kantor lembaga A menurut persepsi 30 responden itu 818 : 1200 = 68% dari kreteria yang ditetapkan.

E.     Teknik Pengumpulan Data

Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu kualitas instrumen penelitian, dan kualitas pengumpulan data. Kualitas instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen dan kualitas pengumpulan data berkenaan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Oleh karena itu instrumen yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya, belum tentu dapat menghasilkan data yang valid dan reliabel, apabila instrumen tersebut tidak digunakan secara tepat dalam pengumpulan datanya.
Bila di lihat sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer, dan sumber skunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber skunder merupakan sumber data tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.
Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan : interview (wawancara), kuesioner (angket), observasi (pengamatan), dan gabungan ketiganya.

1.    Interview (wawancara)
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil. 
Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi.
Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun dengan menggunakan telepon.
a.     Wawancara Terstruktur
Wawancara terstruktur dapat digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya, pengumpul data dapat menggunakan beberapa pewawancara sebagai pengumpul  data. Supaya setiap pewawancara mempunyai keterampilan yang sama, maka diperlukan training kepada calon pewawancara.
Dalam melakukan wawancara, selain harus membawa instrumen sebagai pedoman untuk wawancara, maka  pengumpul data juga dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorder, gambar, brosur dan material lain yang dapat membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar.
b.    Wawancara Tidak Terstruktur
Adalah wawancara yang bebaas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistimatis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.
Informasi atau data yang diperoleh dari wawancara sering bias. Bias adalah menyimpang dari yang seharusnya, sehingga dapat dinyatakan data tersebut subyektif dan tidak akurat. Kebiasaan data ini akan tergantung pada pewawancara yang diwawancarai (responden) dan situasi serta kondisi pada saat wawancara.



2.    Kuesioner (Angket)
-         Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.
-         Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukurdan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden.
-         Kuesioner cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas.
-         Kuesioner dapat berupa pertanyaan/pernyataan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos atau internet.
Beberapa prinsip dalam penulisan angket sebagai teknik pengumpulan data yaitu :
a.     Perinsip penulisan angket
1.    Isi dan tujuan pertanyaan
Maksudnya adalah apakah isi pertanyaan tersebut merupakan bentuk pengukuran atau bukan ? Kalau berbentuk pengukuran maka dalam membuat pertanyaan harus teliti, setiap pertanyaan harus skala pengukuran dan jumlah itemnya mencukupi untuk mengukur variabel yang diteliti.
2.    Bahasa yang digunakan
Bahasa yang digunakan dalam penulisan kuesioner (Angkket) harus disesuaikan dengan kemampuan berbahasa responden. Kalau sekiranya responden tidak dapat berbahasa Indonesia, maka angket jangan disusun dengan bahasa Indonesia. Jadi bahasa yang digunakan dalam angket harus memperhatikan jenjang pendidikan responden, keadaan sosial budaya, dari responden.
3.    Tipe dan bentuk pertanyaan
Tipe pertanyaan dalam angket dapat terbuka atau tertutup, dan bentuknya dapat menggunakan kalimat positif atau negatif.
Kalimat terbuka adalah pertanyaan yang mengharapkan responden untuk menuliskan jawabannya berbentuk uraian tentang sesuatu hal.
Kalimat tertutup adalah pertanyaan yang mengharapkan jawaban singkat atau mengharapkan responden untuk memilih salah satu alternatif jawaban dari setiap pertanyaan yang telah tersedia
4.    Pertanyaan tidak mendua
Setiap pertanyaan dalam angket jangan mendua (double-barreled) sehingga menyulitkan responden untuk memberikan jawaban.
5.    Tidak menanyakan yang sudah lupa
Setiap pertanyaan dalam instrumen angket sebaiknya juga tidak menanyakan hal-hal yang sekiranya responden sudah lupa atau pertanyaan yang memerlukan jawaban dengan berfikir berat.
6.    Pertanyaan tidak menggiring
Pertanyaan dalam angket sebaiknya juga tidak menggiring ke jawaban yang baik saja atau ke yang jelek saja.
7.    Panjang pertanyaan
Pertanyaan dalam angjet sebaiknya tidak terlalu panjang, sehingga akan membuat jenuh responden dalam mengisi. Bila jumlah variabel banyak sehingga memerlukan instrumen yang banyak maka instrumen tersebut dibuat bervariasi dalam penampilan, model skala pengukuran yang digunakan, dan cara mengisinya.
8.    Urutan Pertanyaan
Urutan pertanyaan dalam angket, dimulai dari yang umum menuju ke hal yang spesifik, atau dari yang mudah menuju kehal yang sulit, atau diacak. Hal ini  perlu dipertimbangkan karena secara psikologis akan mempengaruhi semangat responden untuk menjawab.
b.    Prinsip Pengukuran
Angket yang diberikan kepada responden adalah merupakan instrumen penelitian, yang digunakan akan mengukur variabel yang akan diteliti. Oleh karena itu instrumen angket tersebut harus dapat digunakan untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel tentang variabe yang diukur. Supaya diperoleh data penelitian yang valid dan reliabel maka sebelum instrumen angket tersebut diberikan pada responden, maka perlu diuji validitas dan reliabilitasnya terlebih dahulu. Instrumen yang valid dan reliabel bila digunakan untuk mengumpulkan data, akan menghasilkan data yang tidak valid dan reliabel pula.
c.     Penampilan fisik angket
Penampilan fisik angket sebagai alat pengumpul data akan mempengaruhi respon atau keseriusan responden dalam mengisi angket. Angket yang dibuat di kertas buram, akan mendapat respon yang kurang menarik bagi responden, bila dibandingkan angket yang dicetak dalam kertas yang bagus dan berwarna. Tetapi angket yang dicetak di kertas yang bagus dan berwarna akan menjadi mahal.

3.    Observasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara, dan kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga obje-objek alam yang lain.
Observasi adalah proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis, terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.
Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan prilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.
Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
a.     Observasi berperan serta (Participant observation)
Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap prilaku yang nampak.
b.    Observasi Nonpartisipan
Dalam observasi ini, peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen. Peneliti hanya mencatat, menganalisis dan selanjutnya dapat membuat kesimpulan. Pengumpulan data dengan observasi ini tidak akan mendapatkan data yang mendalam, dan tidak sampai pada tingkat makna. Makna adalah nilai-nilai dibalik perilaku yang tampak, yang terucapkan dan yang tertulis.

         Dari segi instrumentasi yang digunakan, observasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
a.     Observasi Terstruktur
Adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang akan diamati, kapan dan dimana tempatnya. Observasi terstruktur dilakukan apabila peneliti telah tahu dengan pasti tentang variabel apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti menggunakan instrumen penelitian yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya. Pedoman wawancara terstruktur, atau angket tertutup dapat juga digunakan sebagai pedoman untuk melakukan observasi.
b.    Observasi tidak terstruktur
Adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti tidak menggunakan instrumen yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan.

F.     Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah :
1.    mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden,
2.    mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden,
3.    menyajikan data tiap variabel yang diteliti,
4.    melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah,
5.    melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan, atau tidak melakukannya bila tidak merumuskan hipotesis dalam penelitiannya.

Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistik. Terdapat dua macam statistik yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian yaitu :
1.    Statistik Deskriptif
Adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Statistik deskriptif dapat digunakan bila peneliti hanya ingin mendeskripsikan data sampel, dan tidak ingin membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi di mana sampel diambil. Jadi secara teknis dapat diketahui bahwa dalam statistik deskripsi tidak ada uji signifikansi, tidak ada taraf kesalahan, karena peneliti tidak bermaksud membuat generalisasi, sehingga tidak ada kesalahan generalisasi.
Yang termasuk dalam statistik deskriptif adalah :
a.     Penyajian data melalui tabel, grafik, diagram lingkaran, pictogram,
b.    Perhitungan modus, median, mean (pengukuran tendensi sentral),
c.     Perhitungan desil, persentil,
d.    Perhitungan penyebaran data melalui perhitungan rata-rata dan standar deviasi,
e.     Perhitungan prosentase

Dalam statistik deskripsi juga dapat dilakukan untuk :
a.     Mencari kuatnya hubungan antara variabel melalui analisis korelasi,
b.    Melakukan prediksi dengan analisis regresi,
c.     Membuat perbandingan dengan membandingkan rata-rata data sampel atau populasi.

2.    Statistik Inferensial
Statistk inferensial disebut juga statistik induktif atau statistik probabilitas, yaitu teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Statistik ini akan cocok digunakan bila sampel diambil dari populasi yang jelas, dan teknik pengambilan sampel dari populasi itu dilakukan secara random.
Statistik ini disebut statistik probabilitas, karena kesimpulan yang diberlakukan untuk populasi berdasarkan data sampel itu kebenarnya bersifat peluang (probability).
Suatu kesimpulan dari data sampel yang akan diberlakukan untuk populasi itu mempunyai peluang kesalahan dan kebenaran (kepercayaan) yang dinyatakan dalam bentuk prosentase. Bila kesalahan 5% maka taraf kepercayaan 95%, bila peluang kesalahan 1%, maka taraf kepercayaannya 99%. Peluang kesalahan dan kepercayaan ini disebut dengan taraf signifikansi. Pengujian taraf signifikansi dari hasil suatu analisis akan lebih praktis bila didasarkan pada tebel sesuai teknis analisis yang digunakan.
Misalnya  uji t akan digunakan tabel t, uji F digunakan tabel F. Pada setiap tabel sudah disediakan untuk taraf signifikansi berapa persen suatu hasil analisis dapat digeneralisasikan.
Contoh : dari hasil analisis korelasi ditemukan koefisien korelasi 0,54 dan untuk signifikansi 5%, hal ini  berarti hubungan variabel sebesar 0,54 itu dapat berlaku pada 95 dari 100 sampel yang diambil  dari suatu populasi.
Contoh lain : dalam analisis uji beda ditemukan signifikansi untuk 1%, hal ini berarti perbedaan itu berlaku pada 99 dari 100 sampel yang dimabil dari populasi.
Jadi signifikansi adalah kemampuan untuk digeneralisasikan dengan kesalahan tertentu. Ada hubungan signifikan berarti hubungan itu dapat digeneralisasikan. Ada perbedaan signifikan berarti perbedaan itu dapat digeneralisasikan.

Statistik Inferensial dibedakan menjadi dua bagian yaitu :
a.     Statistik Parametris
Statistik marametris digunakan untuk menguji parameter populasi melalui statistik, atau menguji ukuran populasi melalui data sampel. Parameter populasi itu meliputi :
1.    Rata-rata dengan notasi  (mu)
2.    Simpangan baku σ (sigma)
3.    Varian σ²
Sedangkan statistiknya adalah meliputi :
1.    Rata-rata = X̿ (X bar)
2.    Simpangan baku  = s
3.    Varians  = s²
Jadi parameter populasi yang berupa  diuji melalui X garis (X̿), selanjutnya σ diuji melalui s, dan σ² diuji melalui s².
Dalam statistik, pengujian parameter melalui statistik (data sampel) tersebut dinamakan uji hipotesis statistik. Oleh karena itu penelitian yang berhipotesis statistik adalah penelitian yang menggunakan sampel. Dalam statistik hipotesis yang diuji adalah hipotesis nol, karena tidak dikehendaki adanya perbedaan antara parameter populasi dan statistik (data yang diperoleh dari sampel). Dalam statistik ini kebanyakan digunakan untuk menganalisis data interval dan rasio
Penggunaan statistik parametris tergantung pada asumsi dan jenis data yang akan dianalisis. Statistik ini memerlukan banyak asumsi. Yaitu :
1.    Asumsi utama adalah data yang akan dianalisis harus berdistribusi normal.
2.    Penggunaan salah satu tes mengharuskan data dua kelompok atau lebih yang diuji harus homogen
3.    Dalam regresi harus terpenuhi asumsi linieritas
b.    Statistik nonparametris
Satatistik nonparametris adalah tidak menuntut terpenuhi banyak asumsi, misalnya data yang akan dianalisis tidak harus berdistribusi normal. Oleh karena itu statistik ini sering disebut “distribution free” (bebas distribusi). Statistik nonparametris kebanyakan digunakan untuk menganalisis data nominal dan ordinal

          Contoh judul penelitian, rumusan masalah, hipotesis, dan teknik analisis data yang digunakan (satu variabel independen) :
Judul : Pengaruh Kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar Bahasa Indonesia siswa kelas VII SMP N 2 Cilegon.

Rumusan Masalah
Hipotesis
Statistik untuk uji hipotesis
Berapakah rata-rata kecerdasan emosional siswa kelas VII SMP N 2 Cilegon ?





Berapakah rata-rata prestasi belajar bahasa Indonesia siswa kelas VII SMP N 2 Cilegon ?






Adakah hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar bahasa Indonesia siswa  kelas VII SMP N 2 Cilegon ?

Bagaimanakah pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar bahasa Indonesia siswa kelas VII SMP N 2 Cilegon ?
Kecerdasan emosional (EQ) siswa di SMP N 2 Cilegon paling tinggi 150






Prestasi belajar siswa kelas VII SMP N 2 Cilegon paling tinggi 140 atau 70% dari kreteria yang diharapkan (kreteria prestasi siswa  kelas VII SMP N 2 Cilegon paling tinggi misalnya 2009)

Terdapat hubungan yang positif  dan signifikan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar bahasa Indonesia  siswa kelas VII SMP N 2 Cilegon


Kecerdasan emosional berpengaruh positif terhadap prestasi belajar bahasa Indonesia siswa kelas VII SMP N 2 Cilegon
Teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah t-tes satu sampel. Data yang terkumpul adalah ratio. Bentuk hipotesisnya adalah deskriptif maka teknik uji untuk hipotesis no 1 dan 2 adalah sama yaitu t-test (untuk satu sampel).
t-test satu sampel










Data kedua variabel adalah data rasio, oleh karena itu teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah Korelasi Pearson Product Moment




Koefisien diterminasi, dan analisis regresi sederhana.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar