METODOLOGI
PENELITIAN
A.
Tempat
dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitian
Tempat penelitian
adalah nama lembaga dan alamat tempat yang dijadikan penelitian, dan peneliti
dibagian ini untuk menyebutkan nama dan alamat tempat penelitian secara
lengkap.
2. Waktu
Penelitian
Waktu penelitian adalah
seberapa waktu atau kapan peneliti mengadakan penelitian dari penyusunan proposal sampai penyelesaian pembuatan
laporan penelitian, sebutkan berapa bulan atau berapa tahun penelitian tersebut
dilakukan.
B.
Metode
Penelitian
Untuk menjawab rumusan
masalah dan menguji hipotesis, diperlukan metode penelitian. Untuk itu dibagian
ini perlu ditetapkan metode penelitian apa yang akan digunakan. Ada beberapa
metode penelitian antara lain :
1. Metode
Eksperimen
Metode eksperimen
adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan
tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Metode ini dapat
dilakukan dalam penelitian yang bersifat penelitian :
a. Perbedaan
b. Pengaruh
2. Survei
a. Korelasional
b. Kontribusi
c. Evaluatif
3. Naturalistik
(kualitatif)
C.
Populasi
dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
2. Sampel
Sampel adalah bagian
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.
3. Teknik
Sampling
Teknik sampling adalah
merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan sampel dalam penelitian,
terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan. Secara sistimatis macam-macam
teknik sampling adalah :
a. Probability
sampling
Adalah teknik
pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur
(anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Macam-macamnya adalah :
1. Simple
Random Sampling
Dikatakan simple
(sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara
acak tanpa memperhatikan suatu yang ada dalam populasi itu. Cara demikian
dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen. Pengambilan sampel acak
sederhana dapat dilakukan dengan cara undian, memilih bilangan dan daftar
bilangan secara acak.
2. Proportionate
Stratified Random Sampling
Teknik ini digunakan
bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara
proporsional. Misal : suatu organisasi yang mempunyai pegawai dan latar
belakang pendidikan berstrata, maka populasi pegawai itu berstrata.
3. Disproportionate
Stratified Random Sampling
Teknik digunakan untuk
menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrata tetapi kurang proporsional.
4. Cluster
Sampling (Area Sampling)
Teknik sampling daerah digunakan
untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat
luas. Misal : penduduk dari suatu negara, propinsi atau kabupaten. Untuk
menentukan penduduk mana yang akan dijadikan sumber data, maka pengambilan
sampel ditetapkan secara bertahap dari wilayah yang luas (negara) sampai ke
wilayah terkecil (kabupaten). Setelah terpilih sampel terkecil kemudian baru
dipilih sampel secara acak. Teknik sampling daerah ini sering digunakan melalui
dua tahap, yaitu tahap pertama menentukan sampel daerah, dan tahap berikutnya
menentukan orang-orang yang ada pada daerah itu secara sampling juga
b. Nonprobability
Sampling
Adalah teknik
pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur
atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Jenisnya adalah :
1. Sampling
Sistematis
Adalah teknik
pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi
nomor urut. Misalnya : anggota populasi yang terdiri dari 100 orang. Dari semua
anggota itu diberi nomor urut, yaitu nomor 1 sampai dengan nomor 100.
Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan mengambil nomor ganjil saja, genap
saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu.
2. Sampling
Kuota
Adalah teknik untuk
menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah
(kuota) yang diinginkan. Misalkan : dalam penelitian dengan jumlah sampel yang
ditentukan 500 orang, kalau pengumpulan data belum memenuhi kuota 500 orang tersebut,
maka penelitian dipandang belum selesai.
3. Sampling
Insidental
Adalah teknik penentuan
sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental
bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang
yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.
4. Sampling
Purposive
Adalah teknik penentuan
sampel dengan pertimbangan tertentu. Misalnya akan melakukan penelitian tentang
kualitas makanan, maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli makanan.
Sampel ini lebih cocok digunakan untuk penelitian kualitatif, atau penelitian-penelitian yang
tidak melakukan generalisasi.
5. Sampling
Jenuh
Adalah teknik penentuan
sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering
dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang dan biasanya
jumlah kecil tersebut dijadikan langsung sebagai sampel.
6. Snowball
Sampling
Adalah teknik penentuan
sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Dalam penentuan
sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua orang, tetapi karena dengan dua
orang itu belum merasa lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti
mencari orang lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang
diberikan oleh dua orang sebelumnya. Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel
semakin banyak.
D.
Instrumen
dan Skala Pengukuran
1. Instrumen
Penelitian
Pada perinsipnya
meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat
ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian . jadi Instrumen
Penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam atau sosial
yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian.
a. Cara
Menyusun Instrumen
Instrumen-instrumen
penelitian dalam bidang sosial umumnya dan khususnya bidang administrasi yang
sudah baku sulit ditemukan. Untuk itu maka peneliti harus mampu membuat
instrumen yang akan digunakan dalam penelitian. Titik tolak dari peyusunan
adalah variabel-variabel penelitian yang ditetapkan untuk diteliti. Penyusunan
instrumen tersebut adalah :
1. Dari
masing-masing variabel dalam penelitian tersebut diberikan definiisi
oprasionalnya,
2. Menentukan
indikator yang akan diukur,
3. Dari
indikator tersebut kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau
pernyataan
4. Untuk
memudahkan penyusunan instrumen maka perlu digunakan matrik pengembangan instrumen atau kisi-kisi instrumen.
b. Contoh
judul penelitian dan instrumen yang
dikembangkan
1. Judul
Penelitian
“Gaya dan
Situasi Kepemimpinan serta Pengaruhnya terhadap Iklim Kerja Organisasi”
Judul tersebut terdiri
atas dua variabel independel (bebas) dan satu variabel dependen (terikat).
Masing-masing instrumen Variabel tersebut adalah :
a. Instrumen
untuk mengukur variabel gaya kepemimpinan
b. Instrumen
untuk mengukur variabel situasi kepemimpinan
c. Instrumen
untuk mengukur variabel iklim kerja organisasi.
2. Sesuai
dengan cara penyusunan instrumen langkah ke dua adalah setelah
variabel-variabel diketahui maka membuat definisi operasional dari
masing-masing variabel.
3. Kemudian
menentukan indikator-indikator dari varibel sesuai dengan definisi operasional
variabel di atas.
4. Indikator yang sudah ditentukan maka langkah
selanjutnya adalah membuat pertanyaan atau pernyataan.
5. Membuat
matrik pengembangan instrumen/kisi-kisi instrumen. Misalanya sesuai dengan
variabel pada judul di atas kisi-kisi instrumennya adalah
Variabel
Penelitian
|
Indikator
|
No
Item Instrumen
|
Gaya
kepemimpinan
|
1. Kepemimpinan
direktif
2. Kepemimpinan
supportive
3. Kepemimpinan
partisipatif
|
1,
4, 7, 10, 13, 16
2,
5, 8, 11, 14, 17
3,
6, 9, 12, 15, 18
|
Situasi
Kepemimpinan
|
1. Hubungan
pemimpin dengan anggota
2. Tugas-tugas
3. Power
position
|
1,
2, 3, 4, 5, 6
7,
8, 9, 10, 11, 12
13,
14, 15, 16, 17, 18
|
Iklim
Kerja Organisasi
|
1. Otonomi
dan fleksibilitas
2. Menaruh
kepercayaan dan terbuka
3. Simpatik
dan memberi dukungan
4. Jujur
dan menghargai
5. Kejelasan
tujuan
6. Pekerjaan
yang resiko
7. Pertumbuhan
kepribadian
|
1,
2
3,
4
5,
6
7,8
9,
10
11,
12
13,
14
|
c. Pengujian
Validitas dan Reliabilitas Instrumen
1. Pengujian
Validtas Instrumen
a. Pengujian
validitas konstruksi
1. Instrumen
dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori
tertentu,
2. Selanjutnya
dikonsultasikan dengan ahli, Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen
yang telah disusun itu, diterima atau tidak.
3. Melakukan
uji coba instrumen terhadap sampel yang ditentukan.
4. Hasil
uji coba data yang diperoleh ditabulasikan
5. Pengujian
validitas konstruksi dilakukan dengan analisis faktor dan mengkorelasikan sekor
faktor dengan sekor total.
b. Pengujian
Validitas Isi
Untuk instrumen yang
berbentuk tes, pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan
antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan
c. Pengujian
Validitas Eksternal
Validitas eksternal
instrumen diuji dengan cara membandingkan (untuk mencari kesamaan) antara
kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi
dilapangan
2. Pengujian
Reliabilitas Instrumen
a.
Test-retest
Instrumen penelitian
yang reliabilitasnya diuji dengan test-retest dilakukan dengan cara mencobkan
instrumen beberapa kali dengan responden. Jadi dalam hal ini instrumennya sama,
respondennya sama, dan waktunya yang berbeda. Reliabilitas diukur dari
koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya. Bila
koefisien korelasi positif dan signifikan maka instrumen tersebut sudah dinyatakan
reliabel. Pengujian cara ini sering juga disebut stability.
b.
Ekuivalen
Instrumen yang
ekuivalen adalah pertanyaan yang secara
bahasa berbeda, tetap maksudnya sama. Pengujian reliabilitas instrumen dengan
cara ini cukup dilakukansekali, tetapi instrumennya dua, pada responden yang
sama,waktu sama, instrumen berbeda. Reliabilitas instrumen dihitung dengan cara
mengkorelasikan antara data instrumen yang satu dengan data instrumen yang
dijadikan ekuivalen. Bila korelasi positif dan signifikasn, maka instrumen
dapat dinyatakan reliabel.
c. Gabungan
Pengujian reliabilitas
ini dilakukan dengan cara mencobakan dua instrumen yang ekuivalen itu beberapa
kali, ke responden yang sama. Jadi cara ini merupakan gabungan pertama dan
kedua. Reliabilitas instrumen dilakukan dengan mengkorelasikan dua instrumen, setelah itu dikorelasikan pada pengujian
kedua , dan selanjutnya dikorelasikan secara silang.
d.
Internal
Consistency
Pengujian reliabilitas
dengan internal consistency dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali
saja, kemudian yang data diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu. Hasil
analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrumen.
Pengujian reliabilitas
instrumen dapat dilakukan dengan teknik belah dua dari Spearman Brown, KR. 20,
KR 21,
2. Sekala
Pengukuran
Skala pengukuran merupakan kesepakatan
yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang
ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam
pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif.
Dengan skala pengukuran ini, maka nilai
variabel yang diukur dengan instrumen tertentu dapat dinyatakan dalam bentuk
angka, sehingga akan lebih akurat, efisien dan komunikatif. Adapun jenis-jenis
skala pengukuran berupa skala sikap adalah :
1. Skala
Likert
Skala
Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat,
dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam
penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti,
yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian.
Dengan skala Likert, maka variabel yang akan
diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut
dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat
berupa pernyataan atau pertanyaan.
Jawaban setiap item
instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif
samapi sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain :
a. Sangat
setuju a. Selalu
b. Setuju b. Serng
c. Ragu-ragu c. Kadang-kadang
d. Tidak
setuju d. Tidak
pernah
e. Sangat
tidak setuju
Atau
:
a. Sangat
positif a. Sangat
baik
b. Positif b. baik
c. Negatif c. Tidak baik
d. Sangat
negatif d. Sangat
tidak baik
Untuk
keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor, misalnya :
1. Setuju/selalu/sangat
positif diberi skor 5
2. Setuju/sering/positif
diberi skor 4
3. Ragu-ragu/kadang-kadang/netral
diberi skor 3
4. Tidak
setuju/hampir tidak pernah/negatif skornya 2
5. Sangat
tidak setuju/tidak pernah diberi skor 1
Instrumen
penelitian yang menggunakan skala Likert
dapat dibuat dalam bentuk ceklis ataupun pilihan ganda. Milanya :
1. Contoh
bentuk ceklis :
Brilah jawaban
pertanyaan/pernyataan berikut sesuai dengan pendapat anda, dengan cara memberi
tanda (v) pada kolom yang tersedia.
No
|
Pertanyaan/pernyataan
|
Jawaban
SS
ST RG TS
STS
|
1.
2.
|
Prosedur
kerja yang baru itu akan segera diterapkan di persahaan anda
...................................
|
V
|
2. Contoh
bentuk pilihan ganda
Berilah salah satu
jawaban terhadap pertanyaan/pernyataan berikut sesuai dengan pendapat anda,
dengan cara memberi tanda lingjkaran pada nomor jawana yang tersedia.
Prosedur kerja yang
baru itu akan segera diterapkan di lembaga anda ?
a. Sangat
tidak setuju
b. Tidak
setuju
c. Ragu-ragu/netral
d. Setuju
e. Sangat
setuju
2. Skala
Guttman
Skala
pengukuran dengan tipe ini, akan didapat jawaban yang tegas, yaitu “ya –
tidak”, “benar-salah”, “pernah –tidak pernah”, “positif-negatif”, dan
lain-lain. Data yang diperoleh dapat berupa data
interval atau rasio dikotomi (dua
alternatif) yaitu “setuju” atau “tidak setuju”. Penelitian menggunakan skala Guttman dilakukan bila ingin
mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan.
Contoh :
1. Bagaimana
pendapat anda, bila orang itu menjabat pimpinan di perusahaan ini ?
a. Setuju
b. B.
Tidak setuju
2. Pernahkan
pimpinan melakukan pemeriksaan di ruang kerja anda ?
a. Tidak
pernah
b. Pernah
Skala Guttman
selain dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda, juga dapat dibuat dalam bentuk
ceklis. Jawaban dapat dibuat skor setinggi satu dan terendah nol. Misalnya
untuk jawaban setuju diberi skor 1 dan tidak setuju diberi skor 0.
3. Semantic
Differensial
Skala pengukuran yang
berbentuk semantic differensial
dikebangkan oleh Osgood. Skala ini
juga digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda maupun
ceklis, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang yang jawaban “sangat
positifnya” terletak dibagian kanan garis, atau sebaliknya. Data yang diperoleh
adalah data interval, dan biasanya
skala ini digunakan untuk mengukur sikap/karakteristik tertentu yang dipunyai
oleh seseorang. Contoh :
Beri
nilai gaya kepemimpinan manajer anda
|
Bersahabat 5 4 3 2 1 Tidak
bersahabat
Tepat janji 5 4 3 2 1 Lupa
janji
Bersaudara 5 4 3 2 1 Memusuhi
Memberi pujian 5 4 3 2 1 Mencela
Mempercayai 5 4 3 2 1 Mendominasi
Responden dapat memberi
jawaban, pada rentang jawaban yang positif sampai dengan negatif. Hal ini
tergantung pada persepsi responden kepada yang dinilai.
Responden yang memberi
penilaian dengan angka 5, berarti persepsi responden terhadap pemimpin itu
sangat positif, sedangkan bila memberi jawaban pada angka 3, berarti netral,
dan bila memberi jawaban pada angka 1, maka persepsi responden terhadap
pemimpinnya sangat negatif.
4. Ratting
Scale
Dari ketiga skala
pengukuran yang telah dikemukakan, data yang diperoleh semuanya adalah data
kualitatif yang kemudian dikuantitatifkan. Tetapi dengan Ratting-scale data
mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian
kualitatif.
Responden menjawab
senang atau tidak senang, setuju atau tidak setuju , pernah atau tidak pernah,
adalah merupakan data kualitatif. Dalam skala model ratting scale, responden
tidak akan menjawab salah satu dari jawaban kualitatif yang telah disediakan.
Oleh karena itu ratting scale ini lebih fleksibel, tidak terbatas untuk
pengukuran sikap saja tetapi untuk mengukur persepsi responden terhadap
fenomena lainnya, seperti skala untuk mengukur status sosial ekonomi,
kelembagaan, pengetahuan, kemampuan, proses kegiatan dan lain-lain.
Yang penting bagi
penyusun instrumen dengan ratting scale
adalah harus dapat mengartikan setiap angka yang diberikan pada alternatif
jawaban pada setiap item instrumen. Orang tertentu memilih jawaban angka 2,
tetapi angka 2 oleh orang tertentu belum tentu sama maknanya dengan orang lain
yang juga memilih jawaban dengan angka 2.
Contoh :
Seberapa baik data
ruang kerja yang ada di perusahaan A ?
Berilah jawaban dengan
angka:
4 bila tata ruang itu
sangat baik
3 bila tat ruang itu
cukup baik
2 bila tata ruang itu
kurang baik
1 bila tata ruang itu
sangat tidak baik
Jawablah dengan melingkari
nomor jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
No
|
Pertanyaan
tentang tata ruang kantor
|
Interval
Jawaban
|
1.
2.
3.
10.
|
Penataan
meja kerja sehingga arus kerja menjadi pendek
Pencahayaan
alam tiap ruang
...........................
...........................
|
4
3 2 1
4
3 2 1
|
Jumlah skor kreterium
(bila setiap butir mendapat skor tertinggi) = 4 x 10 x 30 = 1200. Untuk ini
skor tertinggi tiap butir =4, jumlah butir =10 dan jumlah responden =30.
Jumlah skor hasil
pengumpulan data = 818 Dengan demikian kualitas tata ruang kantor lembaga A
menurut persepsi 30 responden itu 818 : 1200 = 68% dari kreteria yang
ditetapkan.
E.
Teknik
Pengumpulan Data
Terdapat
dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu kualitas
instrumen penelitian, dan kualitas pengumpulan data. Kualitas instrumen
penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen dan kualitas
pengumpulan data berkenaan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk
mengumpulkan data. Oleh karena itu instrumen yang telah teruji validitas dan
reliabilitasnya, belum tentu dapat menghasilkan data yang valid dan reliabel,
apabila instrumen tersebut tidak digunakan secara tepat dalam pengumpulan
datanya.
Bila
di lihat sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer,
dan sumber skunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan
data kepada pengumpul data, dan sumber skunder merupakan sumber data tidak
langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau
lewat dokumen.
Teknik
pengumpulan data dapat dilakukan dengan : interview (wawancara), kuesioner
(angket), observasi (pengamatan), dan gabungan ketiganya.
1. Interview (wawancara)
Wawancara
digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan
studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga
apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam
dan jumlah respondennya sedikit/kecil.
Teknik
pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada
pengetahuan dan atau keyakinan pribadi.
Wawancara
dapat dilakukan secara terstruktur
maupun tidak terstruktur, dan dapat
dilakukan melalui tatap muka (face to
face) maupun dengan menggunakan telepon.
a. Wawancara
Terstruktur
Wawancara terstruktur
dapat digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul
data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh.
Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan
instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif
jawabannya pun telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap
responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya,
pengumpul data dapat menggunakan beberapa pewawancara sebagai pengumpul data. Supaya setiap pewawancara mempunyai
keterampilan yang sama, maka diperlukan training kepada calon pewawancara.
Dalam melakukan
wawancara, selain harus membawa instrumen sebagai pedoman untuk wawancara,
maka pengumpul data juga dapat
menggunakan alat bantu seperti tape
recorder, gambar, brosur dan material lain yang dapat membantu pelaksanaan
wawancara menjadi lancar.
b. Wawancara
Tidak Terstruktur
Adalah wawancara yang
bebaas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun
secara sistimatis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang
digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.
Informasi atau data
yang diperoleh dari wawancara sering bias. Bias adalah menyimpang dari yang
seharusnya, sehingga dapat dinyatakan data tersebut subyektif dan tidak akurat.
Kebiasaan data ini akan tergantung pada pewawancara yang diwawancarai
(responden) dan situasi serta kondisi pada saat wawancara.
2.
Kuesioner
(Angket)
-
Kuesioner merupakan
teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.
-
Kuesioner merupakan
teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel
yang akan diukurdan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden.
-
Kuesioner cocok
digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas.
-
Kuesioner dapat berupa
pertanyaan/pernyataan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden
secara langsung atau dikirim melalui pos atau internet.
Beberapa
prinsip dalam penulisan angket sebagai teknik pengumpulan data yaitu :
a. Perinsip
penulisan angket
1. Isi
dan tujuan pertanyaan
Maksudnya adalah apakah
isi pertanyaan tersebut merupakan bentuk pengukuran atau bukan ? Kalau
berbentuk pengukuran maka dalam membuat pertanyaan harus teliti, setiap
pertanyaan harus skala pengukuran dan jumlah itemnya mencukupi untuk mengukur
variabel yang diteliti.
2. Bahasa
yang digunakan
Bahasa
yang digunakan dalam penulisan kuesioner (Angkket) harus disesuaikan dengan
kemampuan berbahasa responden. Kalau sekiranya responden tidak dapat berbahasa
Indonesia, maka angket jangan disusun dengan bahasa Indonesia. Jadi bahasa yang
digunakan dalam angket harus memperhatikan jenjang pendidikan responden,
keadaan sosial budaya, dari responden.
3. Tipe
dan bentuk pertanyaan
Tipe pertanyaan dalam
angket dapat terbuka atau tertutup, dan bentuknya dapat menggunakan kalimat
positif atau negatif.
Kalimat terbuka adalah
pertanyaan yang mengharapkan responden untuk menuliskan jawabannya berbentuk
uraian tentang sesuatu hal.
Kalimat tertutup adalah
pertanyaan yang mengharapkan jawaban singkat atau mengharapkan responden untuk
memilih salah satu alternatif jawaban dari setiap pertanyaan yang telah
tersedia
4. Pertanyaan
tidak mendua
Setiap pertanyaan dalam
angket jangan mendua (double-barreled) sehingga menyulitkan responden untuk
memberikan jawaban.
5. Tidak
menanyakan yang sudah lupa
Setiap pertanyaan dalam
instrumen angket sebaiknya juga tidak menanyakan hal-hal yang sekiranya
responden sudah lupa atau pertanyaan yang memerlukan jawaban dengan berfikir
berat.
6. Pertanyaan
tidak menggiring
Pertanyaan dalam angket
sebaiknya juga tidak menggiring ke jawaban yang baik saja atau ke yang jelek
saja.
7. Panjang
pertanyaan
Pertanyaan dalam angjet
sebaiknya tidak terlalu panjang, sehingga akan membuat jenuh responden dalam
mengisi. Bila jumlah variabel banyak sehingga memerlukan instrumen yang banyak
maka instrumen tersebut dibuat bervariasi dalam penampilan, model skala
pengukuran yang digunakan, dan cara mengisinya.
8. Urutan
Pertanyaan
Urutan pertanyaan dalam
angket, dimulai dari yang umum menuju ke hal yang spesifik, atau dari yang
mudah menuju kehal yang sulit, atau diacak. Hal ini perlu dipertimbangkan karena secara
psikologis akan mempengaruhi semangat responden untuk menjawab.
b. Prinsip
Pengukuran
Angket yang diberikan
kepada responden adalah merupakan instrumen penelitian, yang digunakan akan
mengukur variabel yang akan diteliti. Oleh karena itu instrumen angket tersebut
harus dapat digunakan untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel tentang
variabe yang diukur. Supaya diperoleh data penelitian yang valid dan reliabel
maka sebelum instrumen angket tersebut diberikan pada responden, maka perlu
diuji validitas dan reliabilitasnya terlebih dahulu. Instrumen yang valid dan
reliabel bila digunakan untuk mengumpulkan data, akan menghasilkan data yang
tidak valid dan reliabel pula.
c. Penampilan
fisik angket
Penampilan fisik angket
sebagai alat pengumpul data akan mempengaruhi respon atau keseriusan responden
dalam mengisi angket. Angket yang dibuat di kertas buram, akan mendapat respon
yang kurang menarik bagi responden, bila dibandingkan angket yang dicetak dalam
kertas yang bagus dan berwarna. Tetapi angket yang dicetak di kertas yang bagus
dan berwarna akan menjadi mahal.
3.
Observasi
Observasi sebagai
teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan
teknik yang lain, yaitu wawancara, dan kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner
selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang,
tetapi juga obje-objek alam yang lain.
Observasi adalah proses
yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan
psikologis, terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.
Teknik pengumpulan data
dengan observasi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan prilaku manusia,
proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu
besar.
Dari segi proses
pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Observasi
berperan serta (Participant observation)
Dalam observasi ini,
peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau
yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan
peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut
merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang
diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna
dari setiap prilaku yang nampak.
b. Observasi
Nonpartisipan
Dalam observasi ini,
peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen. Peneliti hanya
mencatat, menganalisis dan selanjutnya dapat membuat kesimpulan. Pengumpulan
data dengan observasi ini tidak akan mendapatkan data yang mendalam, dan tidak
sampai pada tingkat makna. Makna adalah nilai-nilai dibalik perilaku yang
tampak, yang terucapkan dan yang tertulis.
Dari
segi instrumentasi yang digunakan, observasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu
:
a. Observasi
Terstruktur
Adalah observasi yang
telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang akan diamati, kapan dan
dimana tempatnya. Observasi terstruktur dilakukan apabila peneliti telah tahu
dengan pasti tentang variabel apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan
peneliti menggunakan instrumen penelitian yang telah teruji validitas dan
reliabilitasnya. Pedoman wawancara terstruktur, atau angket tertutup dapat juga
digunakan sebagai pedoman untuk melakukan observasi.
b. Observasi
tidak terstruktur
Adalah observasi yang
tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Hal ini
dilakukan karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan
diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti tidak menggunakan instrumen yang
telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan.
F.
Teknik
Analisis Data
Dalam
penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data dari
seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data
adalah :
1. mengelompokkan
data berdasarkan variabel dan jenis responden,
2. mentabulasi
data berdasarkan variabel dari seluruh responden,
3. menyajikan
data tiap variabel yang diteliti,
4. melakukan
perhitungan untuk menjawab rumusan masalah,
5. melakukan
perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan, atau tidak
melakukannya bila tidak merumuskan hipotesis dalam penelitiannya.
Teknik
analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistik. Terdapat dua
macam statistik yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian yaitu :
1. Statistik
Deskriptif
Adalah
statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan
atau menggambarkan data yang yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.
Statistik deskriptif dapat digunakan bila peneliti hanya ingin mendeskripsikan
data sampel, dan tidak ingin membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi di
mana sampel diambil. Jadi secara teknis dapat diketahui bahwa dalam statistik
deskripsi tidak ada uji signifikansi, tidak ada taraf kesalahan, karena
peneliti tidak bermaksud membuat generalisasi, sehingga tidak ada kesalahan
generalisasi.
Yang
termasuk dalam statistik deskriptif adalah :
a. Penyajian
data melalui tabel, grafik, diagram lingkaran, pictogram,
b. Perhitungan
modus, median, mean (pengukuran tendensi sentral),
c. Perhitungan
desil, persentil,
d. Perhitungan
penyebaran data melalui perhitungan rata-rata dan standar deviasi,
e. Perhitungan
prosentase
Dalam
statistik deskripsi juga dapat dilakukan untuk :
a. Mencari
kuatnya hubungan antara variabel melalui analisis korelasi,
b. Melakukan
prediksi dengan analisis regresi,
c. Membuat
perbandingan dengan membandingkan rata-rata data sampel atau populasi.
2. Statistik
Inferensial
Statistk
inferensial disebut juga statistik induktif atau statistik probabilitas, yaitu
teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya
diberlakukan untuk populasi. Statistik ini akan cocok digunakan bila sampel
diambil dari populasi yang jelas, dan teknik pengambilan sampel dari populasi
itu dilakukan secara random.
Statistik
ini disebut statistik probabilitas, karena kesimpulan yang diberlakukan untuk
populasi berdasarkan data sampel itu kebenarnya bersifat peluang (probability).
Suatu
kesimpulan dari data sampel yang akan diberlakukan untuk populasi itu mempunyai
peluang kesalahan dan kebenaran (kepercayaan) yang dinyatakan dalam bentuk
prosentase. Bila kesalahan 5% maka taraf kepercayaan 95%, bila peluang
kesalahan 1%, maka taraf kepercayaannya 99%. Peluang kesalahan dan kepercayaan ini disebut dengan taraf signifikansi.
Pengujian taraf signifikansi dari hasil suatu analisis akan lebih praktis bila
didasarkan pada tebel sesuai teknis analisis yang digunakan.
Misalnya uji t akan digunakan tabel t, uji F digunakan
tabel F. Pada setiap tabel sudah disediakan untuk taraf signifikansi berapa
persen suatu hasil analisis dapat digeneralisasikan.
Contoh
: dari hasil analisis korelasi ditemukan koefisien korelasi 0,54 dan untuk
signifikansi 5%, hal ini berarti
hubungan variabel sebesar 0,54 itu dapat berlaku pada 95 dari 100 sampel yang
diambil dari suatu populasi.
Contoh
lain : dalam analisis uji beda ditemukan signifikansi untuk 1%, hal ini berarti
perbedaan itu berlaku pada 99 dari 100 sampel yang dimabil dari populasi.
Jadi
signifikansi adalah kemampuan untuk
digeneralisasikan dengan kesalahan tertentu. Ada hubungan signifikan berarti
hubungan itu dapat digeneralisasikan. Ada perbedaan signifikan berarti
perbedaan itu dapat digeneralisasikan.
Statistik
Inferensial dibedakan menjadi dua bagian yaitu :
a. Statistik
Parametris
Statistik marametris
digunakan untuk menguji parameter populasi melalui statistik, atau menguji
ukuran populasi melalui data sampel. Parameter populasi itu meliputi :
1. Rata-rata
dengan notasi
(mu)
2. Simpangan
baku σ (sigma)
3. Varian
σ²
Sedangkan
statistiknya adalah meliputi :
1. Rata-rata
= X̿ (X bar)
2. Simpangan
baku = s
3. Varians
= s²
Jadi
parameter populasi yang berupa
diuji melalui X garis (X̿),
selanjutnya σ diuji melalui s, dan σ²
diuji melalui s².
Dalam
statistik, pengujian parameter melalui statistik (data sampel) tersebut
dinamakan uji hipotesis statistik. Oleh karena itu penelitian yang berhipotesis
statistik adalah penelitian yang menggunakan sampel. Dalam statistik hipotesis
yang diuji adalah hipotesis nol, karena tidak dikehendaki adanya perbedaan
antara parameter populasi dan statistik (data yang diperoleh dari sampel).
Dalam statistik ini kebanyakan digunakan untuk menganalisis data interval dan rasio
Penggunaan
statistik parametris tergantung pada asumsi dan jenis data yang akan
dianalisis. Statistik ini memerlukan banyak asumsi. Yaitu :
1. Asumsi
utama adalah data yang akan dianalisis harus berdistribusi normal.
2. Penggunaan
salah satu tes mengharuskan data dua kelompok atau lebih yang diuji harus
homogen
3. Dalam
regresi harus terpenuhi asumsi linieritas
b. Statistik
nonparametris
Satatistik
nonparametris adalah tidak menuntut terpenuhi banyak asumsi, misalnya data yang
akan dianalisis tidak harus berdistribusi normal. Oleh karena itu statistik ini
sering disebut “distribution free”
(bebas distribusi). Statistik nonparametris kebanyakan digunakan untuk
menganalisis data nominal dan ordinal
Contoh
judul penelitian, rumusan masalah, hipotesis, dan teknik analisis data yang
digunakan (satu variabel independen) :
Judul : Pengaruh Kecerdasan
emosional terhadap prestasi belajar Bahasa Indonesia siswa kelas VII SMP N 2
Cilegon.
Rumusan Masalah
|
Hipotesis
|
Statistik untuk uji hipotesis
|
Berapakah rata-rata kecerdasan
emosional siswa kelas VII SMP N 2 Cilegon ?
Berapakah rata-rata prestasi
belajar bahasa Indonesia siswa kelas VII SMP N 2 Cilegon ?
Adakah hubungan yang positif dan
signifikan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar bahasa
Indonesia siswa kelas VII SMP N 2
Cilegon ?
Bagaimanakah pengaruh kecerdasan
emosional terhadap prestasi belajar bahasa Indonesia siswa kelas VII SMP N 2
Cilegon ?
|
Kecerdasan emosional (EQ) siswa
di SMP N 2 Cilegon paling tinggi 150
Prestasi belajar siswa kelas VII
SMP N 2 Cilegon paling tinggi 140 atau 70% dari kreteria yang diharapkan
(kreteria prestasi siswa kelas VII SMP
N 2 Cilegon paling tinggi misalnya 2009)
Terdapat hubungan yang
positif dan signifikan antara
kecerdasan emosional dengan prestasi belajar bahasa Indonesia siswa kelas VII SMP N 2 Cilegon
Kecerdasan emosional berpengaruh
positif terhadap prestasi belajar bahasa Indonesia siswa kelas VII SMP N 2
Cilegon
|
Teknik statistik yang digunakan
untuk menguji hipotesis adalah t-tes satu sampel. Data yang terkumpul adalah
ratio. Bentuk hipotesisnya adalah deskriptif maka teknik uji untuk hipotesis
no 1 dan 2 adalah sama yaitu t-test (untuk satu sampel).
t-test satu sampel
Data kedua variabel adalah data
rasio, oleh karena itu teknik statistik yang digunakan untuk menguji
hipotesis adalah Korelasi Pearson
Product Moment
Koefisien diterminasi, dan
analisis regresi sederhana.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar