A. Keseimbangan
Antara Isi dan Proses
Baik dalam uraian
tentang model-model konsep kurikulum, maupun dalam macam-macam desain
kurikulum, masalah isi dan proses pengajaran selalu menajdi tema dan titik
tolak, hal itu disebabkan kedudukan kedua komponen kurikulum tersebut sangat
penting. Dengan demikian, tidak mengherankan apabila ada yang berpendapat bahwa
kurikulum kurikulum itu tidak lain dari suatu program pendidikan yang berisi
jalinan antara isi dengan proses penyampaianya. Pendapat demikian tidak
seluruhnya benar tetapi mengandung
kebenaran, mengingat kedua komponen tersebut berperan sebagai kunci.
Telah kita ketahui dalam uraian-uraian
yang terdahulu bahwa ada konsep-konsep kurikulum yang lebih mengutamakan isi
dan ada pula yang mengutamakan proses. Keduanya mempunyai kelebihan dan
kekurangan masing-masing maka keseimbangan ataupun keserasian antara keduanya
merupakan pemecahan yang paling praktis, walaupun bukan berarti tanpa
menghadapi kesulitan-kesulitan kedua komponen kurikulum tersebut dapat saling
menghambat, yang satu mengurangi kualitas yang lainya. Di dalam pelaksanaan
kurikulum kita mengharapkan para siswa menguasai sebanyak-banyaknya bahan yang
terbaikdan di peroleh dengan cara yang terbaik pula. Meskipun ideal hal tersebut
sangat sulit kita capai, namun bukan sesuatu yang mustahil. Kesulitanya bukan
hanya disebabkan adanya cirri yang cenderung kontradiktif antara keduanya,
tetapi juga karena banyaknya faktor yang turut mempengaruhi pelaksanakn
kurikulum atau pengajaran. Keberhasilan pengajaran atau pelaksanaan suatu
kurikulum sangat dipengaruhi kondisi dan aktifitas siswa, guru, serta para
pelaksana kurikulum lainya, oleh kondisi lingkungan fisik, sosial budaya dan
psikologis sekitar, oleh kelengkapan sarana dan prasarana, baik di sekolah
maupun dalam keluarga. Pendidikan dan pengajara selalu berlangsung dalam
keterbatasan-keterbatasan, baim keterbatasan kemampuan, fasilitas, waktu,
tempat maupun biaya. Yang harus diupayakan oleh para penyusun, pengembang dan
pelaksana pendidikan umumnya, kurikulum khusunya, adalah mengoptimalkan hasil
sesuai dengan kodisi yang ada, disamping mengoptimalkan isi dan prosesnya
sendiri.
B. Isi
Kurikulum
Pertanyaan yang selalu muncul pada para
perencana pendidikan dan pengembang kurikulum adalah, bahan apakah yang harus
diajarkan kepada siswa, dan apa tujuanya? Pertanyaan ini menyangkut isi
kurikulum atau pengajaran bukan hanya terdiri atas sekumpulan pengetahuan atau
kumpulan informasi, tetapi harus merupakan kesatuan pengetahuan terpilih dan
dibutuhkan, baik bagi pengetahuan itu sediri maupun bagi siswa dan
lingkungannya.
Beberapa program pengembangan
pendidikan, terutama pengebangan kurikulum pada sekolah dasar dan menengah,
dilakukan dengan mengikutsertakan para sarjana, dosen, ahli-ahli pendidikan
selain guru dari berbagai bidang ilmu pengetahuan. Mereka telah berusaha
mengembangkan ilmu pengetahuan, tetapi juga disesuaikan dengan karakteristik
perkembangan anak dsan konsep-konsep modern tentang hakikat pengalaman belajar.
Meskipun demikian pertanyaan tentang karakteristik bahan yang diajarkan masih
selalu timbul. Ahli pendidikan, Jerome S. Bruner dari Amerika Serikat menbcoba
memberika jawaban atas pentanyaan tersebut, yaitu dengan mengemukakan konsep
struktur bahan pengajaran. Pengembangan kosep ini tidaklah terjadi begitu saja,
tetapi pendidikan dasar dan menengah di Amerika Serikat.
Salah satu faktor yang mendorong
diperlukannya pengembangan kurikulum adalah karena pengembangan unversitas di
Amerika Serikat pada pertengahan pertama abad 20 sangat menekankan pada
pengembangan ilmu dan penelitian hasil-hasil perkembangan ilmu dan penelitian,
hanya menjadi santapan para sarjana dan cendekiawan. Anak-anak sekolah
menengah, apalagi anak sekolah dasar bahkan para mahasiswa tingkat persiapan
tidak pernah memperoleh pengetahuan tersebut. para sarjana dan cendekiawan
tidak pernah turut serta dalam pengembangan kurikulum sekolah dasar dan sekolah
menengah. Dengan demikian, program sekolah kurang berbobot dan jauh ketingalan
dari perkembangan ilmu, pengetahuan. Sekarang hal itu masih dapat diatasi, para
sarjana dan cendikiawan yang ikut serta dalam penyusunan kurikulum dan
perencanaan program sekolah, menyiapkan buku teks serta berbagai media
pendidikan.
Dewasa ini para ahli psikolog di Amerika
Serikat, banyak yang mulai beralih membahas masalah-masalah belajar di sekolah.
Sayangnya perhatian para ahli tersebut masih lebih banyak tercurah pada studi
tentang bakat dan kecakapan, serta aspek-aspek sosial psikologis dalam
pendidikan , dan kurang memperhatikan masalah struktur intelek dari kegiatan
dalam kelas.
Dalam tujuan pendidikan dalam di Amerika Serikat, ada
dualisme yang membutuhkan keseimbangan, yaitu antara keagungan (useful), dengan keindahan (ornamental). Sekolah diharapkan dapat
mengajarkan semuah yang berguna dan semua yang indah. Pengertian berguna
mengandung dua pengertian, pertama dalam penguasaan keterampilan (skill), dan kedua pemahaman umum (general understanding) merupakan
kecakapan-kecakapan khusus yang dikuasai seseorang. Keterampilan sangat berhubungan
erat dengan profesi seseorang. Erat dengan masalah kehidupan, baik sebagai
pribadi maupun sebagai warga masyarakat. Menyusun program pendidikan
keterampilan sering cukup sukar.
Dewasa ini konsep proses belajar
berangsur-angsur pindah dari pemahaman umum pada penguasaan keterampilan
khusus. Studi tentang transfer belajar,
dahulu berkenaan dengan disiplin-disiplin formal bagaimana menguasai kemampuan
analisis, sintesis, penilaian, dan sebagainya melalui berbagai bentuk latihan,
sekarang stansfer lebih banyak berkenaan dengan latihan keterampilan khusus.
Akibatnya selama pertengahan pertama abad 20, sangat kurang penekanan pada
penguasaan struktur atau penguasaan pengetahuan secara meyeluruh.
Apa yang dimaksud dengan penguasaan
struktur? Penguasaan struktur merupakan pemahaman suatu bahan pelajaran secara
menyeluruh dan penuh arti. Belajar struktur adalah belajar secara keseluruhan
(utuh), yakni hal-hal yang saling berhubungan terintegrasi menjadi satu
kesatuan. Penguasaan struktur dalam penyusuna kalimat, umpamanya, memungkinkan
anak dengan cepat menyusun banyak kalimat didasarkan atas model struktur yang
dipelajari, walaupun tidak menegtahui aturannya.
Dalam penyusuna kurikulum, masalah
mengajarkan struktur perlu mendapatkan pengetahuan, perhatian utama, sebab
keberhasilan pelaksanaan suatu kurikulum sangat dipengaruhi oleh hak tersebut.
Pendidikan yang menekankan struktur
mengutamakan pendidikan intelek, tetapi tidak berarti pendidikan segi lain di
abaikan. Pendidikan yang menekankan struktur bukan sajadapat berhasil dengan
baik pada anak-anak yang cerdas, tetapiu juga pada anak biasa bahkan anak-anak
yan kurang mampu. Ini tidak berarti urutan, dan isi bahan pelajaran bagi mereka
sama.
Ada empat hal poko penting dalam proses
pendidikan. Pertama, peranan struktur
bahan, dan bagaimana hal tersebut menjadi pusat kegiatan belajar. Hal yang
sangat penting dalam menyusun dan menegmbangkan kurikulum adalah bagaimana
memberikan pengertian kepada siswa tentang struktur yang mendasar terhadap
setiap mata pelajaran. Bagaiman mengajarkan struktur mendasar secar efektif,
serta bagaimana menciptakan kondisi belajar yang mendukung hal tersebut. kedua, proses belajar menekankan padaberpikir
intuitif, berpikir intuitif merupakan teknik intelektual untuk mencapai formulasi
tentatife tanpa mengadakan analisi langka demi langka. Ketiga, masalah kesiapan
(readiness) dalam belajar. Pada masa
lalu, sekolah banyak membuang waktu untuk mengajarkan hal-hal yang terlalu
sulit bagi anak. Karena kurang memperhatika kesiapan belajar. Keempat, dorongan
untuk belajar (learning motives) serta bagaimana membangkitkan motif tersebut.
Tujuan yang lebih dari sekedar untuk
mendapatkan kepuasan atau menguasai pengtahuan. Belajar menyiapkan peserta
didik untuk menghadapi masa yang akan datang. Pertama, aplikasi belajar dalam
tugas-tugas khusus, atau pekerjaan-pekerjaan khusus. Hal itu merupakan transfer
belajar dalam dalam berbagai bentuk keterampilan. Kedua, transfer belajar dalam
bentuk prinsip-prinsip dan sikap-sikap tipe belajar yang kedua bukan
merupakan belajar keterampilan tetapi
belajar ide-ide yang bersifat umum, yang dapat digunakan untuk menengenal dan
memecahkan berbagai masalah kehidupan. Jenis transfer yang kedua merupakan inti
proses menerus ide-ide dasar dan ide-idse umum. Keberlanjuatan proses belajar
tersebut sangat bergantung pada tingkat penguasaan struktur bahan yang dapat
diaplikaasikan atau tidak dapat terhadap situasi baru, ia harus mempunyai
gambaran yang jelas tentang hakikat fenomena yang dihadapinya. Sebab yang terpenting
dalam belajar ide-ide adalah yang dipelajarinya harus dapat diaplikasikan
secara luas pada masalah-masalah baru.
Untuk itu ada bebrapa hal yang perlu
diperhatikan. Pertama, dan ini merupaka hal yang sangat penting, bagaimana
menyusun kurikulum yang dapat di ajarkan oleh guru biasa, terhadap murid biasa
yang dapat mereflesiakan prisisp-prinsip dasar dari berbagai bentuk ingkuiri.
Hal itu menyangkut dua masalh yaitu bagaimana memilih bahan yang akan diajaekan
serta alat-alat pelajaran yang dapat memberikan tekanan utama pada pengembangan
ide-ide dan sikap. Kemudia bagaimana menentukan tingkat-tingkat bahan yang akan
diajarkan itu sesuai dengan kemampuan dan tingkat perkembangan para siswa. Agar
dapat memenuhi kedua hal tersebut, dibutuhkan partisipasi dari ahli-ahli yang
terbaik dalam bidangnya dalam penyusunan kurikulum sekolah. Kedua, yang perlu
mendapatkan perhatian sunguh-sungguh adalah bagaimana para siswa menguasai
ide-ide dasar dari berbagai bidang studi, bukan saja berkenaan dengan
pengetahuan umum, tetapi juga dengan perkembangan sikap berinkuiri,
perkembangan kemampuan memperkirakan (predictive ability) dan pemecahan masalah
oleh anak sendiri,
Seorang ahli fisika memiliki sikap
tertentu terhadap alam semesta serta menguasai cara memahami sistem alam
semesta. Siswa yang belajar fisika juga perlu memiliki sikap tersebut, jika ia
belajar fisika tentunya agar yang dipelajarinya itu berguna bagi proses
berfikirnya. Untuk mencapai hal tersebut yang terpenting adalah menyediakan
bahan, memberikan kesempatan dan mendorong anak untuk mencari dan menemukan
hubungan, persamaan, perbendaan di antara ide-ide, hal itu bukan saja
menghasilkan pemahaman tentang suatu masalah tetapi juga tetapi juga akan
menumbuhkan kepercayaan kepada diri sendiri. para ahli berpendapat bahwa hal
itu tidak mungkin dapat dicapai hanya dengan memperhatikan penyusunan sekuens
bahan ajar saja, tetapi juga harus memperhatikan metode untuk mengajarkan hal
tersebut.
Metode utama mengajarkan konsep belajar
seperti di atas adalah dengan menggunakan metide inkuiri. Metode inkuiri banyak
digunakan dalam mengajarkan IPA dan Matematika, tetapi sesungguhnya metode
inkuiri cukup member hasil yang baik bila digunakan dalam mengajarkan ilmu-ilmu
sosial.
Bagaimana pengetahuan-pengetahuan dasar
dijalin dengan minat dan kemampuan anak. Hal itu membutuhkan pemahaman yang
dalam serta kejujuran yang sungguh-sungguh untuk meyajikan fenomena-fenomena tersebut
harus disajikan dengan benar, menarik minat dan memberikan manfaat.
Minimal ada empat hal yang merupakan
manfaat belajar atau mengajarkan struktur dasar; petama, pemahaman tentang
hal-hal yang bersifat fundamental memungkinkan penguasaan bahan ajar secara
lebih komprehensif. Hal itu bukan hanya berlaku pada IPA dan matematika tetapi
juga bagi ilmu-ilmu sosial. anak yang sudah memahami latar belakang, tujuan dan
dasar-dasar pembentukan ASEAN akan dengan mudah memahami bentuk kerja sama dan
kegiatan ASEAN.
Kedua, berhubungan dengan kemampuan
ingatan manusia, menurut beberapa hasil penelitian, ingatan manusia tentang
hal-hal yang detail yang ditempatkan dalam suatu hubungan pola struktur mudah
sekali dilupakan . agar sesuatu bahan ajar dapat mudah dan lama dikuasai perlu
disimpan atau disajikan dalam bentuk yang sederhana yang mewakili hal yang
lebih konpleks. Perwakilan yang sederhana tersebut disebut, regenerative.
Contoh regenerative dalam IPA dan Matematika adalah rumus-rumus. Suatu rurmus
yang sederhana merupakan prasarana dan representasi dari hal yang cukup
kompleks. Dalam ilmu sosial juga dikenal rumus, kaidah, prinsip tertentu.
Selain hal-hal tersebut regerative juga dapat berupa peta, bagan, model, dn
sebagainya.
Belajar struktur dasar dapat menjamin
berbagai bentuk lupa atau kehilangan penguasaan. Dengan belajar struktur dasar
suatu kehilangan tidak dapat berbentuk kehilangan total, hal-hal yang tersisa
dapat membantu menyusun kembali apa-apa yang sudah hilang atau terlupakan.
Suatu teori yang baik bukan hanya merupakan alat untuk memahami fenomena yang
dihadapinya sekarang, tetapi juga untuk mengingatkan besok.
Ketiga, pemahaman prinsip-prinsip dan
ide-ide fundamental merupakan syarat utama untuk mengadakan transfer.
Pengetahuan tentang hal yang umum memungkinkan menguasai banyak hal yang
sifatnya khusus, sebab penguasaan hal umum memungkinkan penguasaan model
pemahaman. Ide, bahwa prinsip dan konsep merupakan dasar bagi transfer
merupakan hal yang sudah lama dikenal.
Keempat, penekanan pada struktur dan
prinsip-prinsip mengajar yang fundamental dapat mepersempit jarak antara
penegtahuan elementer dengan pengetahuan yang lebih lanjut.
C. Proses
Belajar
Kegiatan
mengajar tidak dapat dilepaskan dari belajar, sebab keduanya merupakan dua sisi dari sebuah mata uang.
Mengajar mereupakan suatu upaya yang dilakukan guru agar siswa belajar. Apabila
kita mengkaji teori-teori mengajar yang ada, hamper seluruhnya berkembang atau
bertolak dari teori belajar.1.
1. Belajar Intuitif
Ada suatu pertanyaan mendasar
tentang berkenaan dengan proses belajar, yaitu apakah proses belajar lebih baik
menekankan pada berfikir intuitif atau berfikir analitik?
Pengamatan
menunjukan bahwa dalam berbagai kegiatan belajar penilaian di sekolah, tekanan
lebih banyak diberikan kepada kemampuan untuk mmformulasikan secara eksplisit,
dan pada kemampuan anak memproduksikan penguasaan secara verbal dan numerical.
Belum banyak diketahui apakah penekanan tersebut menghambat perkembangan
pemahaman intuitif atau tidak. Kita dapat membedakan antara inarticulate genius
dengan articulate idiocy. Inarticulate genius doperlihatkan oleh anak yang
menguasai secara mendalam konsep-konsep bahan ajar tetapi kurang mampu
menyatakan secara verbal materi baru dapat dihubungkan padanya secara
substantif dan non-arbitrer, maka materi tersebut telah memiliki kebermaknaan potensial (potensial
meaningfulness). Kedua, suatu materi memiliki kebermaknaan potensial, sebab
siswa dapat memberikan makna, tetapi hal itu bergantung pada kemauan siswa
untuk memberi makna atau tidak. Apabila si siswa mempunyai kesiapan untuk
memberi makna maka terjadilah belajar
bermakna (meaningful learning).
Kalau disimpulkan belajar bermakna
ini menuntut tiga persyaratan:
1. Materi yang dipelajari harus dapat
dihubungkan dengan struktur kognitif secara
beraturan
karena adanya kesamaan isi
2. Siswa harus memiliki konsep yang sesuai
dengan materi yang akan dipelajarinya.
3. Siswa harus mempunyai kemauan atau motif
untuk menghubbungkan konsep tersebut dengan struktur kognitifnya.
Makna merupakan hasil suatu proses belajar bermakna. Hal
itu juga akan menjadi isi kognitif atau isi dari penyadaran yang muncul bila
materi yang pumya makna potensial dihubungkan dengan struktur kognitif. Belajar
bermakna dan belajar menghafal bukan dua
hal yang benar-benar bersifat dikotomis, tetapi hanya menunjukan apakah sesuatu
kegiatan belajar lebih mengarah pada bermakna atau kurang bermakna.
Suatu
kegiatan belajar yang kurang bermakna akan muncul apabila:
1. Materi
yang dipelajari kurang memiliki kebermaknaan logis.
2. Siswa
kurang memiliki konsep-konsep yang sesuai dalam struktur kognitifnya
3. siswa
kurang memiliki kesiapan untuk melakukan kegiatan belajar bermakna
Belajar
bermakna akan menghasilkan konsep-konsep, ide-ide baru yang punya makna, penuh
arti, jelas, nyata perbedaannya dengan yang lain. Konsep yang demikian tidak
akan mudah digoyahkan dibandingkan konsep-konsep yang dibentuk melalui hubungan
atauasosiasi arbitrer. Dengan belajar bermakna, siswa akan menguasai dan
mengingat konsep konsep-konsep inti. Dalam belajar menghafal sering konsep inti
dan bukan konsep inti berbaur dan saling menghambat, tetapi dalam belajar makna
keduanya bisa dibedakan dengan jelas.
Mengapa
seseorang melakukan kegiatan belajar dengan menghafal. Minimal ada tiga sebab
yaitu:
1. Mereka
belajar dari pengalaman yang kurang menyenangkan yang secara material
memberikan jawaban yang benar, tetapi kurang memberikan hubungan yang bermakna.
Adanya tuntutan memberikan yang memberikan fakta-fakta sering mendorong siswa
untuk belajar dengan cara mengingat dan menghafal.
2. Siswa
mengalami kecemasan yang cukup besar. Hal ini kemungkinan besar disebabkan
karena ia gagal dalam menguasai pelajaran atau karena kurang yakin akan
kemampuan belajar bermakna. Untuk mengatasi kecemasan tersebut ia belajar
dengan cara menghafal.
3. Siswa
berada dalam suatu tekanan untuk selalu memperhatikan keberhasilan dan
kelancaran belajar, atau menyembunyikan kekurangan-kekurangannya.
b. Macam-Macam Belajar Bermakna
Makna merupakan isi dari struktur
kognitif, yang terjadi karena materi yang memiliki kebermaknaan potensial disatukan dengan
struktur kognitif. Proses penyatuan tersebut berbeda-beda dan dapat diletakan
dalam suatu hirarki dari yang bersifat represensional sampai dengan belajar
tingkat tinggi, perbuatan belajar kreatif.
Belajar represensional merupakan
suatu proses belajar untuk mendapatkan arti atau makna dari simbol-simbol.
Kalau orang tua mengatakan kucing sambil menunjuk seekor kucing, maka pada
struktur kognitif anak akan terbentuk rangsangan internal yang akan memberi
makna kata kucing sebagai binatang kucing. Melalui proses representasi tersebut
anak akan mengenal banyak nama dan tiap benda mempunyai nama sendiri. Belajar
represensional juga berlaku bagi nama-nama bukan benda. Kata depan terjadi
melalui hubungan antara dua objek seperti kucing di atas meja, air didalam
gelas dsb.
Belajar konsep dapat
mempunyai makna logis dan makna
psikologis. Makna logis terbentuk melalui fenomena adanya benda-benda yang
dikelompokan karena memiliki ciri-ciri yang sama. Berbagai macam kucing dan
harimau karena cirinya yang sama, dikelompokkan sebagai kucing. Dalam makna
logis ada ciri-ciri utama yang menunjukan sekumpulan sifat-sifat yang dimiliki
oleh setiap anggota dengan suatu kelas konsep. Ciri-ciri utama tersebut berbeda
antara suatu kelas konsep dengan kelas yang lain. Makna psikologis suatu konsep
terbentuk dalam dua tahap. Tahap pertama konsep terbentuk melalui pengalam
nyata. Secara induktif anak menemukan ciri-ciri utama benda-benda tersebut.
Melalui permainan dengan bermacam-macam warna dan bentuk kubus anak memiliki
konsep tentang kubus, walaupun tidak tahu namanya. Pada tahap berikutnya bila
anak telah bersekolah ia belajjar makna konsep secara formal dri nama dan
kata-kata. Kedua tahap proses pembentukan makna konsep tersebut terjadi hampir
dalam semua kegiatan anak belajar konsep. Pembelajaran konsep selanjutnya
terjadi melalui proses asimilasi yaitu definisi-definisi.
Belajar Proposisi. Proposisi atau kaidah merupakan suatu kalimat
yang menunujukan hubungan antara dua hal. Proposisi ini adalah yang bersifat umum,
“binatang buas makan daging” yang berisi banyak konsep dan ada pula yang
bersifat khusus, harimau makan kelinci yang hanya berisi satu konsep.
Dalam
belajar proposisi yang bermakna, kalimat yang dipelajari dihubungkan dengan
konsep yang ada dalam struktur kognitif. Ada tiga macam cara menghubungkan:
1) hubungan
antar-bagian. Bahan baru yang
dipelajari siswa merupakan bagian dari konsep-konsep yang telah ada. Dalam
belajar hubungan antar bagian ada dua macam bagian, yaitu bagian yang bersifat derivate dan correlative. Pada bagian derivative siswa melukiskan atau
meneruskan hal yang dicakup dalam sutu proporsisi. Dalam bagian correlative,
belajar berfungsi memperluas, mengaloborasi, memodifikasi proposisi-proposisi
yang telah ada.
2) Hu bungan
superordinat. Bahan yang dipelajari merupakan
superordinat dari konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitifnya. Anak
telah mengenal besar sudut segi tiga siku-siku 180 derajat, segi tiga sama kaki
180 derajat, dan sebagainya, maka dalam kegiatan belajar sampai pada proposisi
behwa jumlah sudut setiap segitiga besarnya 180 derajat.
3) Hubungan kombinasi.
Bhajan yang dipelajari bukan merupakan bagian bukan juga superordinat dari yang
telah ada, akan tetapi merupakan kombinasi dari banyak hubungan. contohnya
adalah belajar Model.
Belajar diskaveri atau mencari.
Bahan yang dipelajari tidak disajikan secara tertulis tetapi membutuhkan
beberapa kegiatan mental untuk menuntaskan dan menyatakannya dengan struktur
kognitif. Belajar diskoveri terbagi atas dua macam kegiatan belajar, yaitu
belajar pemecahan masalah dan belajar kreatif.
Belajar kreatif. Kreativitas
merupakan suatu kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang baru, baik baru bagi
dirinya maupun orang lain. Belajar kreativadalah siswa proses belajar
merencanaka, melaksanakan, dan membuktikan sendiri percobaan-percobaaan. Mereka
berusaha mencari hubungan antara konsep-konsep yang baru dan konsep-konsep yang
telah ada pada struktur kognitifnya.
D.
Hubungan macam-macam belajar dengan
taksonomi Bloom
Macam-macam belajar yang telah
diuraikan sebelum ini, menunjukan adanya beberapa kategori tingkah laku
belajar, yaitu belajar bermakna, menghafal menerima, dan diskaveri. Belajar
bermakna pun berbeda-beda pula dari yang bersifat represensional sampai dengan
belajar kreatif. Karena adanya pengkategorian tersebut maka dapat dicari
hubungannya dengankategori belajar atau taksonomi dari Bloom.
Karena pengetahuan atau knowledge
Bloom lebih banyak berhubungan dengan ingatan maka dapat dikelompokan sebagai
belajar menghafal (rote learning). Mulai dari pemahaman sampai dengan evaluasi
dapat dikategorikan sebagai belajar bermakna. Belajar konsep dan preposisi
dapat disamakan dengan pemahaman, pemecahan masalah dengan analitis dan
kretivitas dengan sintesis yang sukar dimasukan dalam kategori tersebut adalah
aplikasi dan evaluasi.
Dari pembandingan dari taksonommi
Bloom juga dapat ditarik kesimpulan bahwa macam-macam belajar bermakna ini,
lebih menyangkut ranah kognitif. Ranah afektif dan psikomotor tidak tercakup
dengan macam-macam kategori belajar ini.
E. Mengingat
Dan Lupa
Belajar
merupakan proses menguasai makna dari sesuatu bahan pelajaran yang secraa
potensial bermakna. Mengingat merupakan suatu proses memelihara penguasaan
sesuatu makna baru. Lupa merupakan kemunduran atau kehilangan penguasaan suatu
makna yang telah dikuasai.
Suatu konsep baru dipelajari oleh
individu, diingat untuk beberapa saat dan sebagian ada yang terlupakan. Proses
ini terjadi dalam dua langkah: (1) penguasaan dan penyimpanan, (2) mengingat
dan lupa.
penguasaan
dan penyimpanan. suatu konsep dipelajari dengan cara yang bermakna dan
disatukan dengan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitif.
Interaksi antara konsep baru dengan konsep-konsep yang telah ada menimbulkan
suatu makna. Makna baru tersebut mungkin mengubah, memperluas, mempersempit
konsep yang telah ada, tetapi dalam beberapa hal mungkin juga tidak mengubah
konsep lama.
Dalam
struktur kognitif suatu konsep baru, tidak hanya berhubungan dengan suatu
konsep tetapi dengan beberapa konsep yang telah ada. Kekuatan hubungan dengan
masing-masing konsep tidak selalu sama, ada yang kuat sekali, lemah sekali di
samping yang tidak berhubungan sama sekali.
Mengingat
dan lupa, Konsep-konsep baru yang kurang umum, melalui periode waktu
bersatu atau berasimilasi dengan konsep-konsep yang telah ada. Keadaan tersebut
dapat terjadinya pengurangan makna, karena terjadi pengurangan hubungan
(reduksi). Karena proses asimilasi dan reduksi tersebut berjalan spontan dan
berangsur-angsur maka konsep-konsep tersebut terlupakan.
Ada dua tingkat kritis untuk
mengingat kembali konsep yang terlupakan. Tingkat tertinggi berada pada tingkat
yang berhubungan dengan tingkat mengingat kembali (recall).Bila suatu konsep di
bawah tingkat recall maka anak tidak
dapat mengingat kembali. Suatu konsep yang berada dibawah tingkat recall,
mungkin masih terletak diatas tingkat recognition.
Apabila dirangkumkan maka ada tiga
faktor yang mempengaruhi penguasaan kembali konsep dari ingatan:
1.
Kekuatan hubungan antara konsep yang telah
ada dengan konsep baru.
2.
Evektikfitas usaha untuk menguasai
kembali konsep yang terlupakan, baik yang memperkuat penguasaan kembali, maupun
yang menghambat lupa.
3.
Macam penguasaan apakah pada tingkat recall atau recognition.
F. Kelebihan
Belajar Bermakna
Suatu bahan
dipelajari secara bermakna atau dihafal bergantung pada, (1) sifat bahan apakah
secra potensial bermakna atau tidak bermakna, (2) kesiapan si pelajar sendiri
untuk melakukan belajar bermakna.
Hasil belajar bermakna lebih lama
dikuasai dari pada belajar menghafal. Dengan demikian belajar bermakna lebih
efisien dibandingkan dengan belajar menghafal. Hal itu disebabkan adanya
hubungan yang substantif dan non-arbitrer dengan konsep-konsep yang ada dalam
struktur kognitif. Keadaan demikian memunhgkinkan sejumlah besar bahan dapat
disatukan dalam struktur kognitif dengan penguasaan yang lebih efektif.
Hubungan suatu konsep yang dipelajari dengan bermakna dengan struktur kognitif
menyebabkan konsep tersebut lebih lama dikuasai dalam ingatan. Dalam belajar
yang bersifat menghafal hubungannya tidak mendalam, karena terjadi hubungan
secara arbitrer, terputus-putus dan terisolasi.
G. Inhibisi
proaktif dan retroaktif
Salah
satu penyebab utama dari lupa pada belajar bermakna adalah pengurangan makna
dari suatu konsep dalam struktur kognitif.
Pada belajar yang bersifat
menghafal, masalah lupa disebabkan oleh hilangnuya atau lemahnya asosiasi
antara dua hal. Dalam belajar mengingat ada dua hambatan (inhibition) yang mungkin terjadi yaitu hambatan proaktif dan retroaktif.
Hambatan proaktif merupakan hambatan dalam mengingat sesuatu karena adanya
pengaruh dari bahan yang telah dipelajari terlebih dahulu. Hambatan retroaktif
merupakan hambatan dalam mengingat yang yang lama karena bahan baru .
ketimpangan ajaran isi yang
diajarkan dan yang diingat. sering terjadi perbedaan antara isi bahan yang
diajarkan dengan diingat, hal itu dilatarbelakangi oleh beberapa hal:
a)
Ketidakjelasan, kekacauan, keraguan arti
sesuatu konsep sejak awal proses belajar, karena kekurangtepatan makna konsep
pokok dalam struktur kognitif. Kekurangstabilan dan kekurangjelasan
konsep-konsep pokok tersebut, menyebabkan terjadinya perbedaan isi antara bahan
baru dengan konsep pokok.
b)
Pada saat memberikan penafsiran pertama
terhadap bahan baru yang bersifat selektif, terjadi kesalahan dan penghilangan
atau pengurangan ciri-ciri. Pada fase mengingat kembali bahan-bahan tersebut
cendrung terjadi pengurangan terhadap konsep-konsep yang telah ada dalam
struktur kognitif. Bila suatu bahan baru salah penafsirannya karena adanya
kelainan dalam struktur kognitif, kesalahan tersebut akan menetap malah akan
diperkuat pada masa-masa asimilasi.
c)
Kesalahan dan penyimpangan dapat terjadi
bila suatu makna yang telah tersimpan dirumuskan kembali secara verbal.
Dalam menerima suatu konsep baru
terjadi “leveling” dan “sharpening”. Leveling adalah penyusutan bentuk yang
tidak lazim dalam bentuk yang lebih lazim, sedang sharpening adalah penajaman
suatu konsep atau perangsang menjadi lebih sempurna lebih baik. Masalah lupa memiliki
nilai positif dan juga nilai negatif. Nilai positifnya adalah menyeleksi
ide-ide baru mana yang lebih stabil, lebih penting dan lebih memperkuat
konsep-konsep yang telah ada, dan tidak mengenal semua peranghsang yang masuk.
Mengingat bermakna yaitu memasukan
konsep-konsep penting dalam struktur kognitif sangat penting bagi kegiatan
belajar lebih lanjut dan kegiatan-kegiatan pemecahan masalah sebab
konsep-konsep tersebut merupakan pijakan dan bahan yang akan diolah dalam
proses belajar selanjutnya. Penguasaan konsep-konsep penting sering mengabaikan
konsep-konsep atau detail-detail yang kurang penting. Hal itu disebabkan
bahan-bahan yang tidak penting sudah tercakup dalam hal-hal yang penting.
karena sudah tercakup sering terlupakan. sebab lain, terjadi karena bahan-bahan
baru yang kurang pentig tersebut dalam penyatuannya dengan yang telah ada
kurang stabil, kurang kuat, kurang jelas sehingga mudah sekali terlupakan.
KONSEP PENGAJARAN
Pengajaran ditakrifkan sebagai sesuatu tugasan dan aktiviti yg diusahakan bersama oleh guru dan muridnya. Pengajaran dirancangkan
oleh guru secara sistematik dan teliti utk melaksanakannya dengan
kaedah serta teknik mengajar yg sesuai, membimbing, menggalak
dan memotivasikan murid supaya mengambil inisiatif untuk belajar, demi memperoleh ilmu pengetahuan &
menguasai yang diperlukan ( Mok Soon Sang, 2004).diperlukan ( Mok Soon
Sang, 2004).
Adapun Konsep dalam pengajaran itu sendiri ialah:
·
Menyatakan kesanggupan utk mencari ilmu sepanjang hayat.
·
Menghormati anak-anak dan remaja.
·
Mengongsi pengetahuan.
·
Membimbing, mengarah, membantu, menyubur
dan merancang.
·
Menetapkan matlamat untuk diri sendiri dan murid.
·
Menghadapi cabaran diri dan profesional.
·
Menyalurkan nilai budaya dan kebangsaan.
·
Mewujudkan kesedaran dan penghargaan tentang potensi diri sendiri.
CIRI - CIRI PENGAJARAN
1. Dua unsur utama – guru memainkan peranan sebagai
pengajar dan murid memainkan peranan sebagai pelajar.
2. .Pengajaran
hanya bermakna apabila berlakunya pembelajaran.
3. .Aktiviti
pengajaran dijalankan dengan berbagai bentuk – berpusat
guru/murid/guru-murid.
4. Pengajaran mpy
erti perkataan pencapaian atau tugasan.
5. .Pengajaran
ialah satu proses yg melibatkan interaksi duahal antara guru-murid dalam
aktiviti P & P.
6. Aktiviti yg
paling rapat dgn pengajaran ialah instruksii(mengajar),
diikuti dengan latihan, indoktrinasi & akhirnya pelaziman.
MODEL – MODEL PENGAJARAN
1. Model pengajaran Ekspositori
Model
ini bermakna penerangan yang jelas dan terperinci. Konsep pengajaran ini sangat
sesuai digunakan untuk mengajar konsep dan kemahiran suatu pelajaran dalam
peringkat perkembangan. Model pengajaran ini kurang terkesan apabila digunakan
dalam keseluruhan waktu belajar. Paling berkesan apabila untuk menyampaikan
kemahiran, konsep dan perinsip matematik , sains dan sebagainya.
2. Model pengajaran pemerosesan
maklumat
·
Bergantung pada komputer sebagai model.
·
Merupakan satu teori dimana manusia memperoleh maklumatdari
suatu proses pembelajaran dan pengajaran.
·
Menekankan cara-cara merangsang desakan dalam manusia
untuk mencari makna dengan memmperoleh dan mengorganisasi data, menyadari
masalah dan menjadi penyelesaian kepada masalah dan membentuk konsep dan bahasa
untuk menyampaikannya.
3. Model pengajaran Inkuiri
·
Semua rangsangan dari alam sekitar diterima oleh
receptor.
·
Contoh: apabila anda menyentuh tangan anda, receptor
deria akan mengesan sensasi tersebut.
·
Sensasi itu disimpan sementara dalam ingatan deria.
4. Model Projek
·
Merupakan suatu kaedah pengajaran sistematik yang
melibatkan murid-murid memplajari kemahiran dan pengetahuan melalui proses
inkuiri yang berstruktur.
·
guru perlu menyediakan soalan projek serta aktiviti
pengajaran serta pembelajaran yang dirancang dengan baik.
·
melibatkan penglihatan murid-murid yang tinggi
membolehkan murid-murid berinteraksi dan berkomunikasi
·
satu kelebihan model project ialah ada elemen kepaduan
dimana murid-murid dapat mengaplikasikan kemahiran-kemahiran mata pelajaran
yang berlainan,
·
guru perlu memberi bimbingan dan arahan dengan terang tentang csara-cara
mengendalikan sesuatu project.
terimakasih atas informasinya, boleh minta rujukan untuk materi ini?
BalasHapus