Jumat, 22 Mei 2015

PROSES PENGAJARAN




A.    Keseimbangan Antara Isi dan Proses
            Baik dalam uraian tentang model-model konsep kurikulum, maupun dalam macam-macam desain kurikulum, masalah isi dan proses pengajaran selalu menajdi tema dan titik tolak, hal itu disebabkan kedudukan kedua komponen kurikulum tersebut sangat penting. Dengan demikian, tidak mengherankan apabila ada yang berpendapat bahwa kurikulum kurikulum itu tidak lain dari suatu program pendidikan yang berisi jalinan antara isi dengan proses penyampaianya. Pendapat demikian tidak seluruhnya benar  tetapi mengandung kebenaran, mengingat kedua komponen tersebut berperan sebagai kunci.
Telah kita ketahui dalam uraian-uraian yang terdahulu bahwa ada konsep-konsep kurikulum yang lebih mengutamakan isi dan ada pula yang mengutamakan proses. Keduanya mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing maka keseimbangan ataupun keserasian antara keduanya merupakan pemecahan yang paling praktis, walaupun bukan berarti tanpa menghadapi kesulitan-kesulitan kedua komponen kurikulum tersebut dapat saling menghambat, yang satu mengurangi kualitas yang lainya. Di dalam pelaksanaan kurikulum kita mengharapkan para siswa menguasai sebanyak-banyaknya bahan yang terbaikdan di peroleh dengan cara yang terbaik pula. Meskipun ideal hal tersebut sangat sulit kita capai, namun bukan sesuatu yang mustahil. Kesulitanya bukan hanya disebabkan adanya cirri yang cenderung kontradiktif antara keduanya, tetapi juga karena banyaknya faktor yang turut mempengaruhi pelaksanakn kurikulum atau pengajaran. Keberhasilan pengajaran atau pelaksanaan suatu kurikulum sangat dipengaruhi kondisi dan aktifitas siswa, guru, serta para pelaksana kurikulum lainya, oleh kondisi lingkungan fisik, sosial budaya dan psikologis sekitar, oleh kelengkapan sarana dan prasarana, baik di sekolah maupun dalam keluarga. Pendidikan dan pengajara selalu berlangsung dalam keterbatasan-keterbatasan, baim keterbatasan kemampuan, fasilitas, waktu, tempat maupun biaya. Yang harus diupayakan oleh para penyusun, pengembang dan pelaksana pendidikan umumnya, kurikulum khusunya, adalah mengoptimalkan hasil sesuai dengan kodisi yang ada, disamping mengoptimalkan isi dan prosesnya sendiri.

B.     Isi Kurikulum
Pertanyaan yang selalu muncul pada para perencana pendidikan dan pengembang kurikulum adalah, bahan apakah yang harus diajarkan kepada siswa, dan apa tujuanya? Pertanyaan ini menyangkut isi kurikulum atau pengajaran bukan hanya terdiri atas sekumpulan pengetahuan atau kumpulan informasi, tetapi harus merupakan kesatuan pengetahuan terpilih dan dibutuhkan, baik bagi pengetahuan itu sediri maupun bagi siswa dan lingkungannya.
Beberapa program pengembangan pendidikan, terutama pengebangan kurikulum pada sekolah dasar dan menengah, dilakukan dengan mengikutsertakan para sarjana, dosen, ahli-ahli pendidikan selain guru dari berbagai bidang ilmu pengetahuan. Mereka telah berusaha mengembangkan ilmu pengetahuan, tetapi juga disesuaikan dengan karakteristik perkembangan anak dsan konsep-konsep modern tentang hakikat pengalaman belajar. Meskipun demikian pertanyaan tentang karakteristik bahan yang diajarkan masih selalu timbul. Ahli pendidikan, Jerome S. Bruner dari Amerika Serikat menbcoba memberika jawaban atas pentanyaan tersebut, yaitu dengan mengemukakan konsep struktur bahan pengajaran. Pengembangan kosep ini tidaklah terjadi begitu saja, tetapi pendidikan dasar dan menengah di Amerika Serikat.
Salah satu faktor yang mendorong diperlukannya pengembangan kurikulum adalah karena pengembangan unversitas di Amerika Serikat pada pertengahan pertama abad 20 sangat menekankan pada pengembangan ilmu dan penelitian hasil-hasil perkembangan ilmu dan penelitian, hanya menjadi santapan para sarjana dan cendekiawan. Anak-anak sekolah menengah, apalagi anak sekolah dasar bahkan para mahasiswa tingkat persiapan tidak pernah memperoleh pengetahuan tersebut. para sarjana dan cendekiawan tidak pernah turut serta dalam pengembangan kurikulum sekolah dasar dan sekolah menengah. Dengan demikian, program sekolah kurang berbobot dan jauh ketingalan dari perkembangan ilmu, pengetahuan. Sekarang hal itu masih dapat diatasi, para sarjana dan cendikiawan yang ikut serta dalam penyusunan kurikulum dan perencanaan program sekolah, menyiapkan buku teks serta berbagai media pendidikan.
Dewasa ini para ahli psikolog di Amerika Serikat, banyak yang mulai beralih membahas masalah-masalah belajar di sekolah. Sayangnya perhatian para ahli tersebut masih lebih banyak tercurah pada studi tentang bakat dan kecakapan, serta aspek-aspek sosial psikologis dalam pendidikan , dan kurang memperhatikan masalah struktur intelek dari kegiatan dalam kelas.
Dalam tujuan  pendidikan dalam di Amerika Serikat, ada dualisme yang membutuhkan keseimbangan, yaitu antara keagungan (useful), dengan keindahan (ornamental). Sekolah diharapkan dapat mengajarkan semuah yang berguna dan semua yang indah. Pengertian berguna mengandung dua pengertian, pertama dalam penguasaan keterampilan (skill), dan kedua pemahaman umum (general understanding) merupakan kecakapan-kecakapan khusus yang dikuasai seseorang. Keterampilan sangat berhubungan erat dengan profesi seseorang. Erat dengan masalah kehidupan, baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat. Menyusun program pendidikan keterampilan sering cukup sukar.
Dewasa ini konsep proses belajar berangsur-angsur pindah dari pemahaman umum pada penguasaan keterampilan khusus. Studi tentang transfer  belajar, dahulu berkenaan dengan disiplin-disiplin formal bagaimana menguasai kemampuan analisis, sintesis, penilaian, dan sebagainya melalui berbagai bentuk latihan, sekarang stansfer lebih banyak berkenaan dengan latihan keterampilan khusus. Akibatnya selama pertengahan pertama abad 20, sangat kurang penekanan pada penguasaan struktur atau penguasaan pengetahuan secara meyeluruh.
Apa yang dimaksud dengan penguasaan struktur? Penguasaan struktur merupakan pemahaman suatu bahan pelajaran secara menyeluruh dan penuh arti. Belajar struktur adalah belajar secara keseluruhan (utuh), yakni hal-hal yang saling berhubungan terintegrasi menjadi satu kesatuan. Penguasaan struktur dalam penyusuna kalimat, umpamanya, memungkinkan anak dengan cepat menyusun banyak kalimat didasarkan atas model struktur yang dipelajari, walaupun tidak menegtahui aturannya.
Dalam penyusuna kurikulum, masalah mengajarkan struktur perlu mendapatkan pengetahuan, perhatian utama, sebab keberhasilan pelaksanaan suatu kurikulum sangat dipengaruhi oleh hak tersebut.
Pendidikan yang menekankan struktur mengutamakan pendidikan intelek, tetapi tidak berarti pendidikan segi lain di abaikan. Pendidikan yang menekankan struktur bukan sajadapat berhasil dengan baik pada anak-anak yang cerdas, tetapiu juga pada anak biasa bahkan anak-anak yan kurang mampu. Ini tidak berarti urutan, dan isi bahan pelajaran bagi mereka sama.
Ada empat hal poko penting dalam proses pendidikan. Pertama, peranan struktur bahan, dan bagaimana hal tersebut menjadi pusat kegiatan belajar. Hal yang sangat penting dalam menyusun dan menegmbangkan kurikulum adalah bagaimana memberikan pengertian kepada siswa tentang struktur yang mendasar terhadap setiap mata pelajaran. Bagaiman mengajarkan struktur mendasar secar efektif, serta bagaimana menciptakan kondisi belajar yang mendukung hal tersebut. kedua, proses belajar menekankan padaberpikir intuitif, berpikir intuitif merupakan teknik intelektual untuk mencapai formulasi tentatife tanpa mengadakan analisi langka demi langka. Ketiga, masalah kesiapan (readiness) dalam belajar. Pada masa lalu, sekolah banyak membuang waktu untuk mengajarkan hal-hal yang terlalu sulit bagi anak. Karena kurang memperhatika kesiapan belajar. Keempat, dorongan untuk belajar (learning motives) serta bagaimana membangkitkan motif tersebut.
Tujuan yang lebih dari sekedar untuk mendapatkan kepuasan atau menguasai pengtahuan. Belajar menyiapkan peserta didik untuk menghadapi masa yang akan datang. Pertama, aplikasi belajar dalam tugas-tugas khusus, atau pekerjaan-pekerjaan khusus. Hal itu merupakan transfer belajar dalam dalam berbagai bentuk keterampilan. Kedua, transfer belajar dalam bentuk prinsip-prinsip dan sikap-sikap tipe belajar yang kedua bukan merupakan  belajar keterampilan tetapi belajar ide-ide yang bersifat umum, yang dapat digunakan untuk menengenal dan memecahkan berbagai masalah kehidupan. Jenis transfer yang kedua merupakan inti proses menerus ide-ide dasar dan ide-idse umum. Keberlanjuatan proses belajar tersebut sangat bergantung pada tingkat penguasaan struktur bahan yang dapat diaplikaasikan atau tidak dapat terhadap situasi baru, ia harus mempunyai gambaran yang jelas tentang hakikat fenomena yang dihadapinya. Sebab yang terpenting dalam belajar ide-ide adalah yang dipelajarinya harus dapat diaplikasikan secara luas pada masalah-masalah baru.
Untuk itu ada bebrapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, dan ini merupaka hal yang sangat penting, bagaimana menyusun kurikulum yang dapat di ajarkan oleh guru biasa, terhadap murid biasa yang dapat mereflesiakan prisisp-prinsip dasar dari berbagai bentuk ingkuiri. Hal itu menyangkut dua masalh yaitu bagaimana memilih bahan yang akan diajaekan serta alat-alat pelajaran yang dapat memberikan tekanan utama pada pengembangan ide-ide dan sikap. Kemudia bagaimana menentukan tingkat-tingkat bahan yang akan diajarkan itu sesuai dengan kemampuan dan tingkat perkembangan para siswa. Agar dapat memenuhi kedua hal tersebut, dibutuhkan partisipasi dari ahli-ahli yang terbaik dalam bidangnya dalam penyusunan kurikulum sekolah. Kedua, yang perlu mendapatkan perhatian sunguh-sungguh adalah bagaimana para siswa menguasai ide-ide dasar dari berbagai bidang studi, bukan saja berkenaan dengan pengetahuan umum, tetapi juga dengan perkembangan sikap berinkuiri, perkembangan kemampuan memperkirakan (predictive ability) dan pemecahan masalah oleh anak sendiri,
Seorang ahli fisika memiliki sikap tertentu terhadap alam semesta serta menguasai cara memahami sistem alam semesta. Siswa yang belajar fisika juga perlu memiliki sikap tersebut, jika ia belajar fisika tentunya agar yang dipelajarinya itu berguna bagi proses berfikirnya. Untuk mencapai hal tersebut yang terpenting adalah menyediakan bahan, memberikan kesempatan dan mendorong anak untuk mencari dan menemukan hubungan, persamaan, perbendaan di antara ide-ide, hal itu bukan saja menghasilkan pemahaman tentang suatu masalah tetapi juga tetapi juga akan menumbuhkan kepercayaan kepada diri sendiri. para ahli berpendapat bahwa hal itu tidak mungkin dapat dicapai hanya dengan memperhatikan penyusunan sekuens bahan ajar saja, tetapi juga harus memperhatikan metode untuk mengajarkan hal tersebut.
Metode utama mengajarkan konsep belajar seperti di atas adalah dengan menggunakan metide inkuiri. Metode inkuiri banyak digunakan dalam mengajarkan IPA dan Matematika, tetapi sesungguhnya metode inkuiri cukup member hasil yang baik bila digunakan dalam mengajarkan ilmu-ilmu sosial.
Bagaimana pengetahuan-pengetahuan dasar dijalin dengan minat dan kemampuan anak. Hal itu membutuhkan pemahaman yang dalam serta kejujuran yang sungguh-sungguh untuk meyajikan fenomena-fenomena tersebut harus disajikan dengan benar, menarik minat dan memberikan manfaat.
Minimal ada empat hal yang merupakan manfaat belajar atau mengajarkan struktur dasar; petama, pemahaman tentang hal-hal yang bersifat fundamental memungkinkan penguasaan bahan ajar secara lebih komprehensif. Hal itu bukan hanya berlaku pada IPA dan matematika tetapi juga bagi ilmu-ilmu sosial. anak yang sudah memahami latar belakang, tujuan dan dasar-dasar pembentukan ASEAN akan dengan mudah memahami bentuk kerja sama dan kegiatan ASEAN.
Kedua, berhubungan dengan kemampuan ingatan manusia, menurut beberapa hasil penelitian, ingatan manusia tentang hal-hal yang detail yang ditempatkan dalam suatu hubungan pola struktur mudah sekali dilupakan . agar sesuatu bahan ajar dapat mudah dan lama dikuasai perlu disimpan atau disajikan dalam bentuk yang sederhana yang mewakili hal yang lebih konpleks. Perwakilan yang sederhana tersebut disebut, regenerative. Contoh regenerative dalam IPA dan Matematika adalah rumus-rumus. Suatu rurmus yang sederhana merupakan prasarana dan representasi dari hal yang cukup kompleks. Dalam ilmu sosial juga dikenal rumus, kaidah, prinsip tertentu. Selain hal-hal tersebut regerative juga dapat berupa peta, bagan, model, dn sebagainya.
Belajar struktur dasar dapat menjamin berbagai bentuk lupa atau kehilangan penguasaan. Dengan belajar struktur dasar suatu kehilangan tidak dapat berbentuk kehilangan total, hal-hal yang tersisa dapat membantu menyusun kembali apa-apa yang sudah hilang atau terlupakan. Suatu teori yang baik bukan hanya merupakan alat untuk memahami fenomena yang dihadapinya sekarang, tetapi juga untuk mengingatkan besok.
Ketiga, pemahaman prinsip-prinsip dan ide-ide fundamental merupakan syarat utama untuk mengadakan transfer. Pengetahuan tentang hal yang umum memungkinkan menguasai banyak hal yang sifatnya khusus, sebab penguasaan hal umum memungkinkan penguasaan model pemahaman. Ide, bahwa prinsip dan konsep merupakan dasar bagi transfer merupakan hal yang sudah lama dikenal.
Keempat, penekanan pada struktur dan prinsip-prinsip mengajar yang fundamental dapat mepersempit jarak antara penegtahuan elementer dengan pengetahuan yang lebih lanjut.
C.     Proses Belajar
            Kegiatan mengajar tidak dapat dilepaskan dari belajar, sebab keduanya merupakan dua sisi dari sebuah mata uang. Mengajar mereupakan suatu upaya yang dilakukan guru agar siswa belajar. Apabila kita mengkaji teori-teori mengajar yang ada, hamper seluruhnya berkembang atau bertolak dari teori belajar.1.
1. Belajar Intuitif
Ada suatu pertanyaan mendasar tentang berkenaan dengan proses belajar, yaitu apakah proses belajar lebih baik menekankan pada berfikir intuitif atau berfikir analitik?
Pengamatan menunjukan bahwa dalam berbagai kegiatan belajar penilaian di sekolah, tekanan lebih banyak diberikan kepada kemampuan untuk mmformulasikan secara eksplisit, dan pada kemampuan anak memproduksikan penguasaan secara verbal dan numerical. Belum banyak diketahui apakah penekanan tersebut menghambat perkembangan pemahaman intuitif atau tidak. Kita dapat membedakan antara inarticulate genius dengan articulate idiocy. Inarticulate genius doperlihatkan oleh anak yang menguasai secara mendalam konsep-konsep bahan ajar tetapi kurang mampu menyatakan secara verbal materi baru dapat dihubungkan padanya secara substantif dan non-arbitrer, maka materi tersebut telah memiliki kebermaknaan potensial (potensial meaningfulness). Kedua, suatu materi memiliki kebermaknaan potensial, sebab siswa dapat memberikan makna, tetapi hal itu bergantung pada kemauan siswa untuk memberi makna atau tidak. Apabila si siswa mempunyai kesiapan untuk memberi makna maka terjadilah belajar bermakna (meaningful learning).
            Kalau disimpulkan belajar bermakna ini menuntut tiga persyaratan:
1. Materi yang dipelajari harus dapat dihubungkan dengan struktur kognitif secara             beraturan karena adanya kesamaan isi
2. Siswa harus memiliki konsep yang sesuai dengan materi yang akan dipelajarinya.
3. Siswa harus mempunyai kemauan atau motif untuk menghubbungkan konsep tersebut dengan struktur kognitifnya.

                        Makna merupakan hasil suatu proses belajar bermakna. Hal itu juga akan menjadi isi kognitif atau isi dari penyadaran yang muncul bila materi yang pumya makna potensial dihubungkan dengan struktur kognitif. Belajar bermakna dan belajar  menghafal bukan dua hal yang benar-benar bersifat dikotomis, tetapi hanya menunjukan apakah sesuatu kegiatan belajar lebih mengarah pada bermakna atau kurang bermakna.
            Suatu kegiatan belajar yang kurang bermakna akan muncul apabila:
1.      Materi yang dipelajari kurang memiliki kebermaknaan logis.
2.      Siswa kurang memiliki konsep-konsep yang sesuai dalam struktur kognitifnya
3.      siswa kurang memiliki kesiapan untuk melakukan kegiatan belajar bermakna
            Belajar bermakna akan menghasilkan konsep-konsep, ide-ide baru yang punya makna, penuh arti, jelas, nyata perbedaannya dengan yang lain. Konsep yang demikian tidak akan mudah digoyahkan dibandingkan konsep-konsep yang dibentuk melalui hubungan atauasosiasi arbitrer. Dengan belajar bermakna, siswa akan menguasai dan mengingat konsep konsep-konsep inti. Dalam belajar menghafal sering konsep inti dan bukan konsep inti berbaur dan saling menghambat, tetapi dalam belajar makna keduanya bisa dibedakan dengan jelas.
            Mengapa seseorang melakukan kegiatan belajar dengan menghafal. Minimal ada tiga sebab yaitu:
1.      Mereka belajar dari pengalaman yang kurang menyenangkan yang secara material memberikan jawaban yang benar, tetapi kurang memberikan hubungan yang bermakna. Adanya tuntutan memberikan yang memberikan fakta-fakta sering mendorong siswa untuk belajar dengan cara mengingat dan menghafal.
2.      Siswa mengalami kecemasan yang cukup besar. Hal ini kemungkinan besar disebabkan karena ia gagal dalam menguasai pelajaran atau karena kurang yakin akan kemampuan belajar bermakna. Untuk mengatasi kecemasan tersebut ia belajar dengan cara menghafal.
3.      Siswa berada dalam suatu tekanan untuk selalu memperhatikan keberhasilan dan kelancaran belajar, atau menyembunyikan kekurangan-kekurangannya.

b.   Macam-Macam Belajar Bermakna
              Makna merupakan isi dari struktur kognitif, yang terjadi karena materi yang memiliki  kebermaknaan potensial disatukan dengan struktur kognitif. Proses penyatuan tersebut berbeda-beda dan dapat diletakan dalam suatu hirarki dari yang bersifat represensional sampai dengan belajar tingkat tinggi, perbuatan belajar kreatif.
              Belajar represensional merupakan suatu proses belajar untuk mendapatkan arti atau makna dari simbol-simbol. Kalau orang tua mengatakan kucing sambil menunjuk seekor kucing, maka pada struktur kognitif anak akan terbentuk rangsangan internal yang akan memberi makna kata kucing sebagai binatang kucing. Melalui proses representasi tersebut anak akan mengenal banyak nama dan tiap benda mempunyai nama sendiri. Belajar represensional juga berlaku bagi nama-nama bukan benda. Kata depan terjadi melalui hubungan antara dua objek seperti kucing di atas meja, air didalam gelas dsb.
                          Belajar konsep dapat mempunyai makna logis dan  makna psikologis. Makna logis terbentuk melalui fenomena adanya benda-benda yang dikelompokan karena memiliki ciri-ciri yang sama. Berbagai macam kucing dan harimau karena cirinya yang sama, dikelompokkan sebagai kucing. Dalam makna logis ada ciri-ciri utama yang menunjukan sekumpulan sifat-sifat yang dimiliki oleh setiap anggota dengan suatu kelas konsep. Ciri-ciri utama tersebut berbeda antara suatu kelas konsep dengan kelas yang lain. Makna psikologis suatu konsep terbentuk dalam dua tahap. Tahap pertama konsep terbentuk melalui pengalam nyata. Secara induktif anak menemukan ciri-ciri utama benda-benda tersebut. Melalui permainan dengan bermacam-macam warna dan bentuk kubus anak memiliki konsep tentang kubus, walaupun tidak tahu namanya. Pada tahap berikutnya bila anak telah bersekolah ia belajjar makna konsep secara formal dri nama dan kata-kata. Kedua tahap proses pembentukan makna konsep tersebut terjadi hampir dalam semua kegiatan anak belajar konsep. Pembelajaran konsep selanjutnya terjadi melalui proses asimilasi yaitu definisi-definisi.
                          Belajar Proposisi. Proposisi atau kaidah merupakan suatu kalimat yang menunujukan hubungan antara dua hal. Proposisi ini adalah yang bersifat umum, “binatang buas makan daging” yang berisi banyak konsep dan ada pula yang bersifat khusus, harimau makan kelinci yang hanya berisi satu konsep.
                          Dalam belajar proposisi yang bermakna, kalimat yang dipelajari dihubungkan dengan konsep yang ada dalam struktur kognitif. Ada tiga macam cara menghubungkan:
1)      hubungan antar-bagian. Bahan baru yang dipelajari siswa merupakan bagian dari konsep-konsep yang telah ada. Dalam belajar hubungan antar bagian ada dua macam bagian, yaitu bagian yang bersifat derivate dan correlative. Pada bagian derivative siswa melukiskan atau meneruskan hal yang dicakup dalam sutu proporsisi. Dalam bagian correlative, belajar berfungsi memperluas, mengaloborasi, memodifikasi proposisi-proposisi yang telah ada.
2)      Hu            bungan superordinat. Bahan yang dipelajari merupakan superordinat dari konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitifnya. Anak telah mengenal besar sudut segi tiga siku-siku 180 derajat, segi tiga sama kaki 180 derajat, dan sebagainya, maka dalam kegiatan belajar sampai pada proposisi behwa jumlah sudut setiap segitiga besarnya 180 derajat.
3)      Hubungan kombinasi. Bhajan yang dipelajari bukan merupakan bagian bukan juga superordinat dari yang telah ada, akan tetapi merupakan kombinasi dari banyak hubungan. contohnya adalah belajar Model.
            Belajar diskaveri atau mencari. Bahan yang dipelajari tidak disajikan secara tertulis tetapi membutuhkan beberapa kegiatan mental untuk menuntaskan dan menyatakannya dengan struktur kognitif. Belajar diskoveri terbagi atas dua macam kegiatan belajar, yaitu belajar pemecahan masalah dan belajar kreatif.
            Belajar kreatif. Kreativitas merupakan suatu kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang baru, baik baru bagi dirinya maupun orang lain. Belajar kreativadalah siswa proses belajar merencanaka, melaksanakan, dan membuktikan sendiri percobaan-percobaaan. Mereka berusaha mencari hubungan antara konsep-konsep yang baru dan konsep-konsep yang telah ada pada struktur kognitifnya.

D.    Hubungan macam-macam belajar dengan taksonomi Bloom
            Macam-macam belajar yang telah diuraikan sebelum ini, menunjukan adanya beberapa kategori tingkah laku belajar, yaitu belajar bermakna, menghafal menerima, dan diskaveri. Belajar bermakna pun berbeda-beda pula dari yang bersifat represensional sampai dengan belajar kreatif. Karena adanya pengkategorian tersebut maka dapat dicari hubungannya dengankategori belajar atau taksonomi dari Bloom.
            Karena pengetahuan atau knowledge Bloom lebih banyak berhubungan dengan ingatan maka dapat dikelompokan sebagai belajar menghafal (rote learning). Mulai dari pemahaman sampai dengan evaluasi dapat dikategorikan sebagai belajar bermakna. Belajar konsep dan preposisi dapat disamakan dengan pemahaman, pemecahan masalah dengan analitis dan kretivitas dengan sintesis yang sukar dimasukan dalam kategori tersebut adalah aplikasi dan evaluasi.
            Dari pembandingan dari taksonommi Bloom juga dapat ditarik kesimpulan bahwa macam-macam belajar bermakna ini, lebih menyangkut ranah kognitif. Ranah afektif dan psikomotor tidak tercakup dengan macam-macam kategori belajar ini.

E.     Mengingat Dan Lupa
                 Belajar merupakan proses menguasai makna dari sesuatu bahan pelajaran yang secraa potensial bermakna. Mengingat merupakan suatu proses memelihara penguasaan sesuatu makna baru. Lupa merupakan kemunduran atau kehilangan penguasaan suatu makna yang telah dikuasai.
            Suatu konsep baru dipelajari oleh individu, diingat untuk beberapa saat dan sebagian ada yang terlupakan. Proses ini terjadi dalam dua langkah: (1) penguasaan dan penyimpanan, (2) mengingat dan lupa.
            penguasaan dan penyimpanan. suatu konsep dipelajari dengan cara yang bermakna dan disatukan dengan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitif. Interaksi antara konsep baru dengan konsep-konsep yang telah ada menimbulkan suatu makna. Makna baru tersebut mungkin mengubah, memperluas, mempersempit konsep yang telah ada, tetapi dalam beberapa hal mungkin juga tidak mengubah konsep lama.
            Dalam struktur kognitif suatu konsep baru, tidak hanya berhubungan dengan suatu konsep tetapi dengan beberapa konsep yang telah ada. Kekuatan hubungan dengan masing-masing konsep tidak selalu sama, ada yang kuat sekali, lemah sekali di samping yang tidak berhubungan sama sekali.
            Mengingat dan lupa, Konsep-konsep baru yang kurang umum, melalui periode waktu bersatu atau berasimilasi dengan konsep-konsep yang telah ada. Keadaan tersebut dapat terjadinya pengurangan makna, karena terjadi pengurangan hubungan (reduksi). Karena proses asimilasi dan reduksi tersebut berjalan spontan dan berangsur-angsur maka konsep-konsep tersebut terlupakan.
            Ada dua tingkat kritis untuk mengingat kembali konsep yang terlupakan. Tingkat tertinggi berada pada tingkat yang berhubungan dengan tingkat mengingat kembali (recall).Bila suatu konsep di bawah tingkat recall maka anak tidak dapat mengingat kembali. Suatu konsep yang berada dibawah tingkat recall, mungkin masih terletak diatas tingkat recognition.
            Apabila dirangkumkan maka ada tiga faktor yang mempengaruhi penguasaan kembali konsep dari ingatan:
1.      Kekuatan hubungan antara konsep yang telah ada dengan konsep baru.
2.      Evektikfitas usaha untuk menguasai kembali konsep yang terlupakan, baik yang memperkuat penguasaan kembali, maupun yang menghambat lupa.
3.      Macam penguasaan apakah pada tingkat recall atau recognition.
F.      Kelebihan Belajar Bermakna
                                    Suatu bahan dipelajari secara bermakna atau dihafal bergantung pada, (1) sifat bahan apakah secra potensial bermakna atau tidak bermakna, (2) kesiapan si pelajar sendiri untuk melakukan belajar bermakna.
            Hasil belajar bermakna lebih lama dikuasai dari pada belajar menghafal. Dengan demikian belajar bermakna lebih efisien dibandingkan dengan belajar menghafal. Hal itu disebabkan adanya hubungan yang substantif dan non-arbitrer dengan konsep-konsep yang ada dalam struktur kognitif. Keadaan demikian memunhgkinkan sejumlah besar bahan dapat disatukan dalam struktur kognitif dengan penguasaan yang lebih efektif. Hubungan suatu konsep yang dipelajari dengan bermakna dengan struktur kognitif menyebabkan konsep tersebut lebih lama dikuasai dalam ingatan. Dalam belajar yang bersifat menghafal hubungannya tidak mendalam, karena terjadi hubungan secara arbitrer, terputus-putus dan terisolasi.

G.    Inhibisi proaktif dan retroaktif
            Salah satu penyebab utama dari lupa pada belajar bermakna adalah pengurangan makna dari suatu konsep dalam struktur kognitif.
            Pada belajar yang bersifat menghafal, masalah lupa disebabkan oleh hilangnuya atau lemahnya asosiasi antara dua hal. Dalam belajar mengingat ada dua hambatan (inhibition) yang mungkin terjadi yaitu hambatan proaktif dan retroaktif. Hambatan proaktif merupakan hambatan dalam mengingat sesuatu karena adanya pengaruh dari bahan yang telah dipelajari terlebih dahulu. Hambatan retroaktif merupakan hambatan dalam mengingat yang yang lama karena bahan baru .
            ketimpangan ajaran isi yang diajarkan dan yang diingat. sering terjadi perbedaan antara isi bahan yang diajarkan dengan diingat, hal itu dilatarbelakangi oleh beberapa hal:
a)      Ketidakjelasan, kekacauan, keraguan arti sesuatu konsep sejak awal proses belajar, karena kekurangtepatan makna konsep pokok dalam struktur kognitif. Kekurangstabilan dan kekurangjelasan konsep-konsep pokok tersebut, menyebabkan terjadinya perbedaan isi antara bahan baru dengan konsep pokok.
b)      Pada saat memberikan penafsiran pertama terhadap bahan baru yang bersifat selektif, terjadi kesalahan dan penghilangan atau pengurangan ciri-ciri. Pada fase mengingat kembali bahan-bahan tersebut cendrung terjadi pengurangan terhadap konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitif. Bila suatu bahan baru salah penafsirannya karena adanya kelainan dalam struktur kognitif, kesalahan tersebut akan menetap malah akan diperkuat pada masa-masa asimilasi.
c)      Kesalahan dan penyimpangan dapat terjadi bila suatu makna yang telah tersimpan dirumuskan kembali secara verbal.
            Dalam menerima suatu konsep baru terjadi “leveling” dan “sharpening”. Leveling adalah penyusutan bentuk yang tidak lazim dalam bentuk yang lebih lazim, sedang sharpening adalah penajaman suatu konsep atau perangsang menjadi lebih sempurna lebih baik. Masalah lupa memiliki nilai positif dan juga nilai negatif. Nilai positifnya adalah menyeleksi ide-ide baru mana yang lebih stabil, lebih penting dan lebih memperkuat konsep-konsep yang telah ada, dan tidak mengenal semua peranghsang yang masuk.
            Mengingat bermakna yaitu memasukan konsep-konsep penting dalam struktur kognitif sangat penting bagi kegiatan belajar lebih lanjut dan kegiatan-kegiatan pemecahan masalah sebab konsep-konsep tersebut merupakan pijakan dan bahan yang akan diolah dalam proses belajar selanjutnya. Penguasaan konsep-konsep penting sering mengabaikan konsep-konsep atau detail-detail yang kurang penting. Hal itu disebabkan bahan-bahan yang tidak penting sudah tercakup dalam hal-hal yang penting. karena sudah tercakup sering terlupakan. sebab lain, terjadi karena bahan-bahan baru yang kurang pentig tersebut dalam penyatuannya dengan yang telah ada kurang stabil, kurang kuat, kurang jelas sehingga mudah sekali terlupakan.
KONSEP PENGAJARAN
                        Pengajaran ditakrifkan sebagai sesuatu tugasan dan aktiviti yg diusahakan bersama oleh guru dan muridnya. Pengajaran dirancangkan oleh guru secara sistematik dan teliti utk melaksanakannya dengan kaedah serta teknik mengajar yg sesuai, membimbing, menggalak dan memotivasikan murid supaya mengambil inisiatif untuk belajar, demi memperoleh ilmu pengetahuan & menguasai yang diperlukan ( Mok Soon Sang, 2004).diperlukan ( Mok Soon Sang, 2004).
Adapun Konsep dalam pengajaran itu sendiri ialah:
·            Menyatakan kesanggupan utk mencari ilmu sepanjang hayat.
·            Menghormati anak-anak dan  remaja.
·            Mengongsi pengetahuan.
·            Membimbing, mengarah, membantu, menyubur dan merancang.
·            Menetapkan matlamat untuk diri sendiri dan murid.
·            Menghadapi cabaran diri dan profesional.
·            Menyalurkan nilai budaya dan kebangsaan.
·            Mewujudkan kesedaran dan penghargaan tentang potensi diri sendiri.

CIRI - CIRI PENGAJARAN
1.      Dua unsur utama – guru memainkan peranan sebagai pengajar dan murid memainkan peranan sebagai pelajar.
2.      .Pengajaran hanya bermakna apabila berlakunya pembelajaran.
3.      .Aktiviti pengajaran dijalankan dengan berbagai bentuk – berpusat guru/murid/guru-murid.
4.       Pengajaran mpy erti perkataan pencapaian atau tugasan.
5.      .Pengajaran ialah satu proses yg melibatkan interaksi duahal antara guru-murid dalam aktiviti P & P.
6.       Aktiviti yg paling rapat dgn pengajaran ialah instruksii(mengajar), diikuti dengan latihan, indoktrinasi & akhirnya pelaziman.


MODEL – MODEL PENGAJARAN
1.      Model pengajaran Ekspositori
                        Model ini bermakna penerangan yang jelas dan terperinci. Konsep pengajaran ini sangat sesuai digunakan untuk mengajar konsep dan kemahiran suatu pelajaran dalam peringkat perkembangan. Model pengajaran ini kurang terkesan apabila digunakan dalam keseluruhan waktu belajar. Paling berkesan apabila untuk menyampaikan kemahiran, konsep dan perinsip matematik , sains dan sebagainya.
2.      Model pengajaran pemerosesan maklumat
·         Bergantung pada komputer sebagai model.
·         Merupakan satu teori dimana manusia memperoleh maklumatdari suatu proses pembelajaran dan pengajaran.
·         Menekankan cara-cara merangsang desakan dalam manusia untuk mencari makna dengan memmperoleh dan mengorganisasi data, menyadari masalah dan menjadi penyelesaian kepada masalah dan membentuk konsep dan bahasa untuk menyampaikannya.
3.      Model pengajaran Inkuiri
·         Semua rangsangan dari alam sekitar diterima oleh receptor.
·         Contoh: apabila anda menyentuh tangan anda, receptor deria akan mengesan sensasi tersebut.
·         Sensasi itu disimpan sementara dalam ingatan deria.
4.      Model Projek
·         Merupakan suatu kaedah pengajaran sistematik yang melibatkan murid-murid memplajari kemahiran dan pengetahuan melalui proses inkuiri yang berstruktur.
·         guru perlu menyediakan soalan projek serta aktiviti pengajaran serta pembelajaran yang dirancang dengan baik.
·         melibatkan penglihatan murid-murid yang tinggi membolehkan murid-murid berinteraksi dan berkomunikasi
·         satu kelebihan model project ialah ada elemen kepaduan dimana murid-murid dapat mengaplikasikan kemahiran-kemahiran mata pelajaran yang berlainan,
·         guru perlu memberi bimbingan  dan arahan dengan terang tentang csara-cara mengendalikan sesuatu project.

1 komentar:

  1. terimakasih atas informasinya, boleh minta rujukan untuk materi ini?

    BalasHapus